-
Sopir Metromini makin kesal dengan kehadiran TransJakarta, saking kesalnya beberapa waktu lalu sempat terekam bus TransJakarta diadang jalannya oleh sopir Metromini.Video tentang peristiwa itu bahkan sempat viral.
, Selasa (9/7/2019), Metromini dalam video tersebut berusaha menghalangi TransJakarta untuk lewat.
Metromini memang makin terpinggirkan hingga kini, busnya menyusut, yang mau naik juga sedikit. Alhasil, pengusaha pun pesimis akan bisnisnya, sopirnya pun melampiaskan kekesalan di jalan.
Pengusaha Metromini mengaku pesimis akan keberadaan bisnisnya, mereka ikhlas kalau tiba-tiba bisnisnya berhenti.
Seperti Wahyudi contohnya, penanggung jawab Pool Metromini Haji Tarno di Rempoa, Jakarta Selatan ini mengatakan Metromini bagaikan dihancurkan secara perlahan. Metromini dimatanya kini makin dipepet kemajuan transportasi, bahkan izin operasi saja sulit didapat.
"Jujur-jujur saja, kita sekarang bagaikan dihancurkan secara pelan-pelan saja. Kita tinggal tunggu waktu aja ini, kalau masih bisa jalan, masih bisa diperpanjang izinnya ya sudah kami masih jalan," kata Wahyudi.
Wahyudi berkisah kini bisnisnya makin merugi. Hal tersebut akibat makin minimnya penumpang Metromini yang berimbas pada setoran yang diberikan para sopir kepadanya.
"Sekarang setoran itu minim, biar kata udah diturunin jadi Rp 350 ribu/hari. Itu aja paling mereka sopir-sopir kasih setoran cuma Rp 250 ribu paling banter," ungkap Wahyudi.
"Duit segitu masih kita arahin buat servis, beli ban, segala macam," tambahnya.
Untuk berharap banyak Wahyudi pun sudah tidak berani lagi. Menurutnya, apabila memang sudah waktunya Metromini berhenti beroperasi dia mengaku ikhlas dan rela saja.
"Dibilang berharap ya mau berharap apalagi, sekarang ya kalo masih bisa jalan ya kita jalan, kalau udah gak bisa ya yaudah kita ikhlas dan rela aja berhenti. Paling busnya kita potong-potong aja, besi bekasnya dijual biar ada untungnya dikit," ungkap Wahyudi.
Wahyudi kian bingung harus berbuat apalagi pada usahanya, dia memang mengakui Metromini telah kalah bersaing dengan transportasi lain.
"Memang transportasi, teknologi sudah maju kan ya, memang Metro ini udah kalah. Saya juga bingung mau gimana lagi, kalau memang sudah waktunya," ungkap Wahyudi.
Untuk para sopirnya, Wahyudi hanya berpesan satu hal. Selagi masih ada kesempatan untuk 'narik' Metromini, pergunakan lah dengan baik, karena menurutnya umur Metromini sudah tidak lama lagi.
"Mumpung masih bisa jalan ya buat para sopir narik yang bener aja, dipergunakan yang baik. Kalau sudah waktunya (berhenti operasi) saya bisa apa? Bukannya nggak mau kasih kerjaan, sekarang ya usaha aja dulu lah ya," kata Wahyudi.
Sopir Metromini sendiri memang memiliki riwayat tidak baik dengan TransJakarta. Kepada detikFincne, Jali, seorang sopir trayek Metromini jurusan Blok M-Lebak Bulus, mengeluhkan kehadiran TransJakarta yang memojokkan sopir-sopir Metromini seperti dirinya.
Bahkan, setiap Jali 'narik' keluh sumbangnya terus muncul setiap bus tuanya didahului TransJakarta.
"Waduh sewa gue, colong aja terus, colong sewa gue aja nih TransJakarta. Penuh lagi tuh, sewa kita semua itu aduh!" kata Jali sambil sesekali memukul-mukul kemudinya, pada suatu perjalanan menuju Blok M dari Lebak Bulus, Januari lalu.
Jali bercerita dia dan kawan-kawan sopir Metromini lainnya, benar-benar kesal sejak TransJakarta mulai melebarkan sayap-sayap trayeknya yang juga melewati jalur trayek Metromini.
Apalagi setelah TransJakarta membangun shelter bus di Terminal Blok M. Menurutnya, perlakuan TransJakarta bagaikan mencoba mencuri 'sewa'-nya.
Saking tertekannya, Jali mengatakan pendapatannya pun minim. Kalau dulu, Rp 500 ribu bisa dikantongi sehari, kini Rp 200-300 ribu saja susah sekali. Bahkan, sudah sekali bolak-balik Lebak Bulus-Blok M saja, Rp 50 ribu pun belum dapat.
"Ya nggak banyak kalau sekarang mah, nembus Rp 500 ribu buat dibawa pulang aja udah jarang banget sekarang, paling Rp 200-300 ribu. Ini aja udah se-rit (bolak-balik) gocap aja belum dapat," kisah Jali sambil menghitung uangnya.
Bahkan, untuk setoran pun bos Jali sudah memangkas jumlahnya saking sepinya
penumpang Metromini, yang awalnya bisa sampai Rp 600 ribuan, sekarang cuma setengahnya. Meskipun sudah berkurang jumlahnya, seringkali uang setoran Jali tetap kurang.
Setiap kali setorannya kurang, Jali harus mempersiapkan telinganya untuk mendengarkan 'nyanyian merdu' bosnya. Sudah biasa Jali mendengarkan hal tersebut, "masuk kuping kiri, keluar kuping kanan saja lah," katanya.
Metromini sendiri seharusnya sudah tidak beroperasi lagi di Jakarta, menurut pengamat transportasi dan perkotaan Azas Tigor Nainggolan, aturannya memang menyebutkan Metromini harus dihapuskan.
"Itu kan seharusnya sudah tidak beroperasi sesuai Perda Transportasi Jakarta, waktu 2011 juga kan Pemprov bilang mau dihapusin itu (metromini). Belakangan ini kok gak ada lagi, memang (Metromini) udah nggak layak, harusnya lebih tegas menghapusnya," kata Tigor kepada detikFinance, Selasa (9/7/2019).
Tigor juga menjelaskan sebenarnya sudah ada programnya untuk memasukkan Metromini ke Transjakarta, sehingga orang-orang yang menggantungkan hidup di Metromini tak perlu khawatir.
"Dulu ada peremajaan, nah jadi memang kebijakan itu sudah benar, masukin Metromini ke Transjakarta, jadi nggak perlu pusing sopir sama pengusahanya," kata Tigor.
Namun, justru Tigor menyoroti program itu, yang ternyata sistemnya 'nggak beres'. Buktinya, masih banyak Metromini belum diremajakan.
"Kan dulu ada program peremajaan Metromini dimasukin ke TransJakarta, kalau masih ada masalah sampe kaya gini (Metromini belum diremajakan), berarti ada sistem yang nggak beres, sehingga Metromini nggak bisa masuk ke TJ," kata Tigor.
Masalahnya, menurut Tigor adalah adanya monopoli yang dilakukan oleh pihak Transjakarta dalam pemilihan dan penggantian bus yang diremajakan.
"Nah ternyata program itu nggak gampang, dipersulit di TransJakarta, malah jadi barang dagangan, kami itu diminta uang DP beli bus Rp 100 juta, harga total Rp 700 juta. Kan pengusaha jadi nggak bisa, mau sih mau cuma karna mahal nggak ada opsi lain selain ke TransJakarta," jelas Tigor.
Kata Tigor harusnya pembelian bus diserahkan saja ke pengusaha Metromini, pihak Transjakarta tentukan saja kualifikasi busnya, pengusaha yang mencari busnya sendiri. Dengan begitu pengusaha menurut Tigor bisa mendapatkan bus yang lebih murah.
"Harusnya TJ itu kasih spek aja, nanti kan pengusaha cari dong busnya sampe bank kreditnya juga, kali aja bisa dapat murah ya. Nah ini TJ kaya monopoli aja, makanya ini harus djberesin," kata Tigor.
"Dibuka lah diawasi itu TJ, jangan sampai malah jadi dagangan. Harusnya bebas lah mau beli dimana kasih aja speknya," tegasnya.