"10.000 lah kurang lebih dalam kurun waktu 4 bulan terakhir. Ada yang sudah terjadi, ada yang proses negosiasi PHK, ada dalam ancaman PHK," katanya.
Dia menjelaskan, untuk industri baja terpukul karena masuknya baja murah dari China. Hal itu menggerus kinerja industri baja dalam negeri termasuk yang ramai diberitakan belakangan ini Krakatau Steel. Sehingga, mau tak mau terjadi pengurangan tenaga kerja.
Begitu juga dengan industri semen. Industri semen terpukul karena masuknya perusahaan asing terutama dari China yang bisa menjual dengan harga lebih murah.
Selanjutnya, ancaman PHK datang dari industri elektronik terutama dari Batam. Lantaran, industri ini kalah saing dengan negara-negara tetangga.
"Industri elektronik di Batam Panasonic mulai mengurangi buruh-buruhnya, Unisem ribuan buruh, mau ditutup pabriknya. Kalah bersaing kawasan ekonomi khusus di Johor dan industri di Filipina yang mau berkembang, Vietnam. Harusnya Batam juga didesain kawasan ekonomi khusus yang mengimbangi Johor dan Singapura," ujarnya.
Lalu, ancaman PHK datang dari industri otomotif. Terlebih, setelah Nissan mengumumkan pengurangan tenaga kerja. Dari informasi yang masuk ke KSPI, saat ini masih berlangsung proses negosiasi. Said mengaku belum mendapat angka pasti berapa yang akan di PHK.
Said pun memaparkan, potensi PHK dari industri baja sekitar 3.000-5.000 tenaga kerja, semen 1.000-2.000 tenaga kerja, otomotif terutama dari Nissan 500-1.000 tenaga kerja, dan elektronik dari Batam sekitar 2.000 tenaga kerja. Hitungan kasar semuanya sekitar 10.000 terancam PHK.
"Industri elektronik Unisem 1.200 orang satu pabriknya, ada dua pabrik elektronik di Batam itu mungkin total 2.000. Kalau lihat kasat mata secara kasat mata global hampir lebih 10.000 orang kehilangan pekerjaan atau PHK," jelasnya.