-
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2019 sebesar 5,05% year on year (yoy). Angka itu melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada kuartal II-2018 sebesar 5,27%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi sejumlah faktor musiman seperti hari raya Idul Fitri, dan pergeseran musim panen.
Suhariyanto juga mengatakan, perekonomian global pun diprediksi masih mengalami perlambatan. Hal ini tercermin dari data industri serta perdagangan di pasar global yang cenderung melemah.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi sejumlah faktor musiman seperti hari raya Idul Fitri, dan pergeseran musim panen.
Kondisi perekonomian global menurut Suhariyanto juga turut menyumbang kondisi ini. Ekonomi global menurutnya masih menghadapi berbagai tantangan.
Hal ini tercermin dari data industri serta perdagangan di pasar global yang cenderung melemah. Dilihat dari perekonomian global tantangan yang kita hadapi tidaklah gampang karena perekonomian global perlambatan yang cukup signifikan," ujar Suhariyanto di kantornya. .
Selain itu, ekspor Indonesia ke Tiongkok juga terpengaruh dari pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut.
"Tiongkok ekspor kita ke Tiongkok menduduki peringkat pertama dan sialnya, pertumbuhan ekonomi Tiongkok dari 6,7% jadi 6,2% di triwulan II-2019," katanya.
Konsumsi mobil disebutkan Surhayanto turun, begitu juga dengan produksi semen yang turun 0,02%. Peristiwa ini juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2019.
Pertumbuhan ekonomi kuartal ke kuartal (q to q) terbesar ada di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang mencapai 13,8%.
"Pertumbuhan ekonomi yang ada seluruh sektor positif kecuali pertambangan yang negatif 0,71%, tumbuh negatif 0,71%. Pada triwulan yang sama tahun lalu masih tumbuh 2,65%, karena adanya penurunan biji logam 25,93% kemudian ada turun produksi gas minyak, panas bumi 4,11%," katanya.
Dalam Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2019 menurut lapangan usaha secara industri rata-rata masih tumbuh positif. Hanya sektor pertambangan yang justru tumbuh negatif.
"Dari pertumbuhan ekonomi yang ada seluruh sektor positif kecuali pertambangan yang tumbuh negatif -0,71%," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di gedung BPS, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Pria yang akrab disapa Kecuk itu menerangkan, pada kuartal II-2018 industri pertambangan masih tumbuh 2,65%. Ada beberapa faktor yang membuat industri pertambangan merosot.
"Karena adanya penurunan biji logam sebesar 25,93%. Kemudian ada penurunan produksi gas, minyak panas bumi 4,11%. Itu yang membuat pertambangan jadi satu-satunya yang kontraksi pada triwulan kedua ini," tambahnya.
Menurut data BPS pertumbuhan yang paling tinggi adalah sektor jasa lainnya yang mencapai 10,73%. Jasa lainnya ini merupakan sektor rekreasi dan reparasi mobil. Sebab cukup banyak masyarakat yang melakukan servis kendaraan pada musim mudik kemarin.
Kemudian pertumbuhan PDB tertinggi kedua adalah jasa perusahaan sebesar 9,94%. Lalu diikuti oleh sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh 9,6%.
"Untuk perdagangan tumbuh tapi melambat karena hanya tumbuh 4,63%, yang turun cukup tajam dari 5,27%. Kenapa melambat karena produk pertanian masih bagus, impor barang konsumsi juga kontraksi, perdagangan mobil juga turun demikian, juga perdagangan sepeda motor," tambah Kecuk.
Dari sisi komponen PDB menurut pengeluaran rata-rata menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hanya komponen ekspor dan impor yang mengalami penurunan dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2019 yang mencapai 5,05%.
Menurut data BPS tentang PDB menurut pengeluaran di triwulan II-2019 secara year on year (yoy) ekspor turun 1,81%, sedangkan impor turun 6,73%.
Dari sisi ekspor pada triwulan II-2018 sendiri sebenarnya masih positif pertumbuhannya sebesar 7,65%. Memang pada triwulan I-2019 ekspor turun -2,08%.
Jika dibedah lebih jauh, secara year on year ekspor barang dan jasa pada triwulan II-2019 -1,81%, yang terdiri dari ekspor barang -2,06% dan ekspor jasa yang tumbuh 0,27%.
Ekspor barang turun lantaran ekspor barang migas yang turun mencapai -30,85%. Sementara untuk ekspor barang nonmigas tumbuh 2,17%.
Sementara yang paling tinggi pertumbuhannya adalah konsumsi dari Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT). Pertumbuhan PDB-nya mencapai 15,27% (yoy).
Sedangkan untuk konsumsi pemerintah pertumbuhannya tercatat mencapai 8,23%. Kemudian untuk konsumsi rumah tangga naik 5,17%, sedangkan investasi (PMTB) pertumbuhannya mencapai 5,01%.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Kepala Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional menjadi peringatan dini bagi pemerintah untuk memacu kinerja perekonomian tanah air.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 yang sebesar 5,05% atau melambat dibanding kuartal II-2018 yang sebesar 5,27%.
Beberapa kontributor perekonomian Indonesia tercatat loyo, Bambang menyebut seperti manufaktur yang tumbuh di bawah 4%. Sedangkan sisi investasi mampu tumbuh di level 9%.
"Ya ini early warning. Terus terang harus jadi concern kita. Karena itu triwulan III yang sekarang berjalan ini investasi dan sektor manufaktur yang benar-benar jadi perhatian," kata Bambang di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Menurut Bambang, pemberian tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 kepada pegawai negeri sipil (PNS) memberikan pertumbuhan pada tingkat konsumsi rumah tangga di kuartal II-2019.
"Konsumsi sudah jalan, investasi masih ketinggalan, ditambah ekspor yang sangat sulit karena kondisi trade war," jelas dia.
Oleh karena itu di semester II-2019, kata Bambang, pemerintah harus mendorong kinerja investasi. Apalagi, kegiatan Pemilu Pilpres sudah selesai.
Dia pun berharap pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2019 akan berada di level 5,1%. Dia pun menganggap untuk mencapai level 5,2% atau sesuai target akan terasa berat.
"Ya nggak ada cara lain kecuali investasi. Ini harus benar-benar harus didorong. Mudah-mudahan kemarin masih ada mood wait and see, mudah-mudahan triwulan 3-4 investasi sudah lebih baguslah," ungkap dia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tetap percaya diri mengenai pertumbuhan ekonomi nasional akan tetap menyentuh level 5,2% atau sesuai target APBN tahun 2019.
Hal itu menyusul Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 yang sebesar 5,05% atau melambat dibanding kuartal II-2018 yang sebesar 5,27%.
"Ya kita tetap sama di kisaran 5,2%," kata Sri Mulyani di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Sri Mulyani bilang, laju pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 didorong oleh konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. Dia pun mengaku akan meningkatkan kinerja investasi dan ekspor ke depannya.
"Untuk ekspor tentu berkaitan dengan kondisi global dan kinerja dari ekspor kita masih jauh. Namun dari sisi investasi tentu kita berharap sesudah adanya siklus politik ini di kuartal kedua, maka kuartal ketiga akan mulai pick up," jelas dia.
Mengenai pertumbuhan investasi di kuartal II-2019, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku akan terekam di kuartal III dan IV.
"Jadi mungkin nanti akan terekam di kuartal ketiga dan keempat untuk investasi," katanya.