Jakarta -
NET TV sedang ditimpa masalah. Sempat beredar kabar PHK massal karyawan NET TV, dan kemudian dibantah karena yang terjadi adalah manajemen menawarkan karyawan mengundurkan diri sukarela.
Setelah manajemen memastikan pilihan karyawan untuk mengundurkan diri, tiba-tiba beredar petisi yang tujuannya untuk menyelamatkan NET TV dari kabar tidak sedap.
Bagaimana ceritanya? Simak selengkapnya di sini:
Persoalan NET TV mendapat respons publik lewat petisi di website change.org pada Sabtu (10/8/2019), bertajuk We Love #NetTV. Sampai berita ini diturunkan, petisi tersebut sudah ditandatangani 1.670 orang, dengan target lanjutan menuju ke 2.500 penandatangan.
Di laman itu, ada penjelasan sekaligus alasan mengapa dibuatkan petisi We Love #NetTV. Berikut penjelasannya:
Seperti yang kita ketahui Net Tv akan melakukan PHK kepada karyawannya. Penyebab net tv melakukan PHK adalah karena kalah rating dari stasiun TV lain. Berita ini pun belum dikonfirmasi oleh pendiri NET TV atau berita ini masih bisa disebut simpang siur.
Oleh karna itu, Yuk tanda tangani petisi ini agar Net Tv masih bisa bersaing di pertelevisian indonesia. Kita buktikan bahwa masyarakat indonesia masih butuh Net Tv sebagai stasiun tv kita semua," bunyi penjelasan tersebut.
Ada beberapa cara yang bisa menyelamatkan NET TV dan stasiun televisi lainnya agar tidak tergusur oleh media berbasis internet seperti Youtube dan Netflix.
Praktisi Bisnis Rhenald Kasali mengatakan salah satu upaya yang harus dijalani adalah mengubah bisnis model, salah satunya dengan memperkuat lini sosial media (sosmed).
"Ubah business model. Harus kuat di sosmed, lakukan #MO, mobilisasi tayangan-tayangan khas di Youtube agar viral karena iklan didapat dari besarnya jumlah viewer. Lakukan orkestrasi sumberdaya, bukan control," kata Rhenald saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Sabtu (10/8/2019).
Upaya yang selanjutnya harus dilakukan, kata Rhenald adalah mencari sumber pendapatan yang baru. Sebab, munculnya era digital banyak pengiklan yang lari ke sana dan meninggalkan televisi.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) ini juga menyarankan agar NET TV dan juragan stasiun televisi lainnya bisa mengubah fokus tayangan dari rating menjadi pendapatan.
Rhenald Kasali menyebutkan, bisnis pertelevisian sedang berat-beratnya menghadapi inovasi industri digital.
"Ini adalah era #MO. Di mana stasiun TV yang basisnya heavy asset tergerus oleh pelaku usaha baru yang light asset," ujar Rhenald saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Sabtu (10/8/2019).
"Industri pertelevisian tengah memasuki fase yang sangat berat. Model bisnis televisi yang kita kenal tiba-tiba dihadang oleh model baru," tambahnya.
Era #MO dianggap sebagai peradaban entrepreneurship anak-anak muda yang berbasis teknologi. Untuk membuat dampak besar dan ekonomi heboh tidak perlu modal besar karena peradaban ini didukung oleh enam pilar: Artificial Intelligence (AI), Big Data, Super Apps, Broadband Network, Internet of Things (IoT), dan Cloud Computing.
Tagar MO juga dapat diartikan dengan tujuan mobilisasi dan orkestrasi. Sebab, di era baru, #MO membuat bisnis harus hidup dari cara mobilisasi dan orkestrasi ekosistem pakai data.
Halaman Selanjutnya
Halaman