Mengutip Reuters, aktivitas perekonomian di China juga mengalami perlambatan dan disebut membutuhkan stimulus yang lebih kuat dari pemerintah untuk menopang pertumbuhan.
Kepala Ekonom dari Macquarie Group Larry Hu mengungkapkan perang dagang ini berdampak pada industri, investasi hingga penjualan ritel. Kemudian survei yang dilakukan oleh sejumlah bank menyebut jika kredit bisa lebih rendah dari perkiraan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyampaikan, perekonomian China ke depan masih akan terus melambat jika tak diimbangi dengan kebijakan yang mendukung dari pemerintah. Misalnya pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang mendukung sektor infrastruktur dan properti.
Biro Statistik China menyebutkan pertumbuhan industri China pada Juli 2019 tercatat 4,8% lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Disebutkan pertumbuhan ini merupakan yang paling lambat sejak 2002 lalu.
Perlambatan ini disebabkan oleh permintaan baja yang menurun, selain itu produksi kendaraan bermotor juga mengalami penyusutan. Kementerian Perindustrian China menyebutkan memang untuk mencapai pertumbuhan adalah hal yang sulit.
Sekadar informasi pertumbuhan ekonomi China memang mengalami perlambatan paling dalam sejak 30 tahun terakhir yakni 6,2%. Ini membuat kepercayaan bisnis di China goyah dan makin.
Baca juga: Sri Mulyani Pantau Potensi Perang Mata Uang |
(kil/fdl)