74 Tahun Merdeka, RI Masih Punya Banyak Tantangan Ekonomi

74 Tahun Merdeka, RI Masih Punya Banyak Tantangan Ekonomi

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Minggu, 18 Agu 2019 12:30 WIB
1.

74 Tahun Merdeka, RI Masih Punya Banyak Tantangan Ekonomi

74 Tahun Merdeka, RI Masih Punya Banyak Tantangan Ekonomi
Sri Mulyani Foto: Ilustrator Edi Wahyono
Jakarta - Indonesia baru saja merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan yang ke 74 pada 17 Agustus kemarin. Meski telah 74 tahun merdeka, namun masih banyak pekerjaan rumah serta beragam tantangan yang harus diselesaikan.

Salah satu tantangannya ialah dalam hal ekonomi. Tantangan-tantangan maupun pekerjaan rumah yang masih akan dihadapi Indonesia itu diungkapkan oleh sejumlah pejabat negara dalam perayaan Hari Kemerdekaan kemarin.

Lantas, apa saja pekerjaan rumah dan tantangan yang akan dihadapi Indonesia di sektor ekonomi setelah 74 tahun merdeka? Simak berita lengkapnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai tantangan Indonesia di usia ke-74 tahun ini adalah soal sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM Indonesia masih harus ditingkatkan.

"(Tantangan) SDM unggul," kata Sri Mulyani di lapangan Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Sabtu (17/8/2019).

SDM yang unggul saat ini juga masuk menjadi program prioritas pemerintah di tahun 2020. SDM berkualitas ini juga sebagai upaya pemerintah mengantisipasi perkembangan teknologi yang begitu pesat.

Apalagi, sekarang banyak yang bilang sudah masuk pada zaman industri 4.0 alas eranya digitalisasi, sehingga banyak SDM yang harus bisa menyesuaikan kebutuhan industri 4.0.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini pun mengungkapkan bahwa dengan SDM yang berkualitas dan unggul maka visi dan misi Indonesia menjadi negara maju pun bisa terwujud.

"SDM unggul, tantangan supaya Indonesia maju," ungkap dia.

Sri Mulyani sendiri sering mengungkapkan kepada khalayak banyak bahwa dana pendidikan yang sebesar 20% dari total APBN belum memberikan hasil yang signifikan terhadap peningkatan kualitas SDM.

Dalam 10 tahun terakhir, tercatat anggaran pendidikan mengalami peningkatan mencapai 221% dari tahun 2009 sebesar Rp 153 triliun menjadi Rp 492,5 triliun di tahun 2019.

Kualitas pendidikan Indonesia berdasarkan PISA (Programme for International Student Assesment) Test, kata Sri Mulyani kalah dengan negara tetangga seperti Vietnam. Padahal, posisi alokasi anggarannya sama-sama 20% dari total APBN.

Sebelumnya, demi meningkatkan kualitas pendidikan, Sri Mulyani mengaku pemerintah terus membahas mengenai sinkroninasi sistem pendidikan nasional. Salah satu sinkronisasi yang dilakukan, lanjut Sri Mulyani adalah menyamaratakan kualitas pendidikan, kualitas guru, dan kualitas anggaran.

"Ini isu kebijakan sektor pendidikan yang perlu dibahas terus-menerus," jelas dia.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menjelaskan di paruh pertama tahun 2019 sektor jasa keuangan Indonesia masih terjaga dengan baik di tengah himpitan dinamika perekonomian global.

Menurut Wimboh masih ada tantangan yang akan membayangi sektor jasa keuangan di Indonesia.

"Pertama, perlambatan ekonomi akibat ketidakpastian perekonomian global diperkirakan masih berlanjut. Kedua, perkembangan teknologi finansial telah merubah landscape sektor jasa keuangan," kata Wimboh di Kawasan SCBD, Jakarta, Sabtu (17/8/2019).

Dia menyampaikan, Indonesia juga dihadapkan pada besarnya tuntutan masyarakat untuk menjaga stabilitas sistem keuangan sekaligus mendorong industri jasa keuangan lebih berperan nyata bagi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Tentunya OJK perlu mengambil sikap yang tidak hanya responsif namun juga antisipatif atas potensi tantangan ke depan. Kita juga tidak bisa hanya fokus pada stabilitas semata. Peran industri jasa keuangan sangat dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian kita," jelas dia.

Menurut Wimboh, regulator juga harus memberikan solusi atas berbagai tantangan ekonomi nasional kita, terutama bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan ekspor dan substitusi impor, membuka lapangan kerja dan mewujudkan pembangunan yang ramah lingkungan.

"Di sinilah dibutuhkan peran SDM OJK yang unggul, yaitu Insan OJK yang profesional, berintegritas tinggi, sangat paham akan bidangnya, memiliki wawasan yang luas, melek teknologi, terus menerus mengembangkan dirinya, mampu berpikir out of the box dan visioner, serta mampu beradaptasi dan bersinergi dengan berbagai pihak," ujarnya.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry menyebutkan tema upacara HUT ke-74 RI ini bertemakan 'SDM Unggul Indonesia Maju'. Tema tersebut mencerminkan prioritas utama strategi pembangunan Indonesia ke depan.

Menurut Perry, sebagai bank sentral yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, relevansi SDM unggul itu sangatlah penting.

"Relevansi ini penting bagi kita Bank Indonesia yang mempunyai peran sentral di dalam pembangunan ekonomi nasional," tutur Perry.

Selain itu, Perry mengatakan di tengah melemahnya ekonomi global maka penguatan SDM memegang kunci agar Indonesia bisa bertahan dalam gejolak apa pun.

"SDM unggul merupakan kunci bagi Indonesia untuk mampu lebih tahan dari berbagai gejolak dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana kita ketahui dunia sedang tidak stabil. Dengan adanya perang dagang, Brexit, dan sejumlah risiko geopolitik lainnya. Melemahnya pertumbuhan ekonomi global dan masih tingginya risiko di pasar keuangan global," imbuh dia.

Namun, Perry menuturkan di tengah tekanan tersebut Bank Indonesia bersama Pemerintah, dan lembaga terkait seperti OJK dan LPS mampu menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan yang berjangka.

"Alhamdulillah di tengah tekanan risiko yang luar biasa ini, Bank Indonesia bersama pemerintah dan lembaga terkait seperti OJK dan LPS dapat tumbuh relatif baik dengan stabilitas makro dan sistem keuangan yang berjangka," tandasnya.

Hide Ads