Perang Dagang Makin Sengit, AS China Saling Balas Tarif

Perang Dagang Makin Sengit, AS China Saling Balas Tarif

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Minggu, 25 Agu 2019 10:57 WIB
Perang Dagang Makin Sengit, AS China Saling Balas Tarif
Foto: Ari Saputra

Fajar mengatakan saat ini upaya pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan pembangunan inklusif, mempercepat sinkronisasi antara pusat dan daerah terkait dengan Online Single Submission (OSS), serta terus membangun industri berbasis bahan baku lokal dan berorientasi ekspor dibarengi dengan partisipasi aktif Indonesia dalam rantai nilai global (global value chain).

"Dan pembangunan jaringan produksi dunia (global production network), harus terus menjadi prioritas kebijakan ekonomi pemerintah Indonesia ke depan," jelas dia.

Menurut Fajar, tidak boleh ada celah sedikit pun bagi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan ekonomi populis yang justru akan menjadi bumerang bagi perekonomian Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bhima menambahkan ada juga dampak positif untuk Indonesia, yakni terbukanya peluang ekspor. Hal ini karena barang AS yang bea masuknya ditambahkan oleh China US$ 75 miliar seperti komponen otomotif, produk pertanian seperti kedelai, etanol dan daging sapi.

"Indonesia punya banyak manufaktur di komponen otomotif, dan bisa mengisi kekosongan minyak nabati China yang sebelumnya di-supply AS," imbuh dia.

Selain itu produksi sawit dalam bentuk CPO Indonesia tahun 2018 saja mencapai 43 juta ton, dan sekarang over supply.

"Saran saya segera kirim tim promosi dan negosiasi dagang untuk ajak pengusaha China serap lebih banyak produk Indonesia," tutur Bhima

(kil/toy)
Hide Ads