'Kado' Pengguna Kendaraan Listrik, Kantongi Rp 200 Juta dari Pasta

Round-Up 5 Berita Terpopuler

'Kado' Pengguna Kendaraan Listrik, Kantongi Rp 200 Juta dari Pasta

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Sabtu, 31 Agu 2019 20:45 WIB
Kado Pengguna Kendaraan Listrik, Kantongi Rp 200 Juta dari Pasta
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta - Berita terpopuler detikFinance Sabtu (31/8/2019) adalah Sederet 'Kado' untuk Pengguna Kendaraan Listrik di RI. Pemilik kendaraan listrik akan disambut sejumlah insentif.

Selain itu, berita terpopuler lainnya adalah bongkar muat di Pelabuhan Marunda yang turun dan dampaknya ke negara hingga peluang usaha dari jualan pasta yang bisa mengantongi omzet hingga Rp 200 juta.

Mau tahu informasi selengkapnya? Baca 5 berita detikFinance terpopuler berikut ini:
Tidak diberlakukannya ganjil-genap untuk kendaraan listrik ternyata tak hanya satu-satunya keuntungan menggunakan kendaraan listrik. Pengguna kendaraan listrik juga akan mendapatkan insentif pajak.

"Dan kendaraan listrik akan bebas dari ganjil genap dan parkir gratis. Mungkin di daerah-daerah memberikan pengurangan pajak. Saya dengar dari Jawa Timur sudah mulai memberikan kemudahan-kemudahan," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam Pameran dan Parade Kendaraan Bermotor Listrik, di Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (31/8/2019).

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi menegaskan kendaraan listrik bebas dari ganjil-genap. Kebijakan ini sendiri, katanya, sudah berlaku di Jakarta.

"Kalau ganjil-genap sudah pasti bebas. Sudah berlaku dalam peraturan Pemprov DKI sudah ada," kata Budi kepada detikFinance.

Budi menjelaskan, pembebasan biaya parkir bagi kendaraan listrik akan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) setempat.

"Belum berlaku sekarang, itu (tupoksinya) ada di Pemda," ungkap Budi Setiyadi.

Sedangkan, mengenai insentif pajak pada kendaraan listrik, akan diserahkan pada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

"Kalau insentif pajak juga belum, nanti ada di Kemendagri," ucap Budi Setiyadi.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun pernah menyampaikan, pemerintah harus mendorong minat masyarakat untuk menggunakan kendaraan listrik dengan berbagai upaya seperti di atas.

"Ganjil-genap bebas untuk mobil listrik. Nah itu (mobil listrik bebas ganjil-genap) bisa jadi insentif. Mungkin saja nanti parkirnya digratisin," ucap Jokowi beberapa pekan lalu.

Direktur Utama PT Karya Citra Nusantara (KCN) Widodo Setiadi menjelaskan kasus konsesi lahan pembangunan di sekitar Pelabuhan Marunda dengan PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) ini telah menyebabkan aktivitas bongkar muat barang berkurang sekitar 60%.

"Berkurangnya proses bongkar muat tentunya mempengaruhi omzet dan fee konsesi yang dibayarkan kepada negara. Sesuai dengan peraturan, KCN wajib membayar fee konsesi sebesar 5% dari pendapatan bruto perusahaan, atau secara nominal sekitar Rp 5 miliar setiap tahunnya," ujar Widodo di Pelabuhan Marunda, Jakarta, Sabtu (31/8/2019).

Widodo menuturkan fee yang dibayarkan KCN adalah fee terbesar kedua dari total 19 pelabuhan yang menjalankan skema konsesi. Rata-rata fee konsesi yang dibayarkan oleh pelabuhan lainnya sekitar 2,5% dari pendapatan bruto.

"Skema konsesi harus dilaksanakan karena kami tunduk kepada perundang-undangan di bidang kepelabuhanan yang berada di bawah wewenang kementerian perhubungan, lahan yang kami konsesikan adalah pier 1,2 dan 3, yang merupakan daerah perairan, jadi sama sekali kami tidak merampas daerah KBN," tegasnya.

Karung goni identik dengan bahan yang digunakan untuk menyimpan bahan pangan seperti kentang dan ubi. Namun, di tangan Ahmad Fajri, karung goni disulap menjadi berbagai jenis tas keren.

Pria yang berdomisili di Jakarta ini bercerita, membangun bisnisnya dengan nama Rumah Karung Goni di tahun 2014. Awal mula, ia mendapat tawaran dari seorang teman hanya untuk menjual bahan kain goni.

Namun, ia melihat peluang besar dengan membuat berbagai jenis tas dari bahan kain goni. Terlebih, goni merupakan bahan yang jarang dipakai dan menjadikannya sebagai sesuatu yang unik.

Memang, bisnisnya tak langsung berkembang pesat, dia mengaku memperkenalkan produknya ke masyarakat menjadi tantangan yang besar dalam membangun bisnis. Sebab itu, kegigihan dalam promosi perlu dilakukan agar brand yang dimiliki dikenal masyarakat luas.

Soal modal, bagi Fajri, yang paling besar adalah ide kreatif. Sementara, untuk modal uang dia menyebut tidak terlalu besar. Ia mengaku, mengeluarkan modal Rp 15 juta untuk mengembangkan Rumah Karung Goni.

"Yang menjadi modal kita di sini dan menjadi tantangan adalah ide kreatif, dan dari ide kreatif itu pula kita bisa mendapatkan modal uang, untuk modal berupa uang tidak terlalu besar," terang Fajri.

Saat memulai bisnis, ia hanya melayani dua jenis tas. Saat ini, ia bisa melayani 10 model tas. Fajri sendiri melayani minimal order 36 buah dengan harga sekitar Rp 35.000 per buah tergantung ukuran dan kualitas. Omzetnya jangan ditanya, sampai Rp 100 juta sebulan.

"Untuk (jumlah) item sih tidak menentu dan omzet belakangan ini sudah di atas Rp 100 juta," ujarnya.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan daerah irigasi Leuwi Sapi di Situ Tarisi, Desa Wangunkiara, Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi. Bendungan dengan bentang 20 meter dan saluran primer 500 meter itu akan mengairi lahan sawah warga seluas 250 hektare (ha) dan diproyeksikan bisa meningkatkan hasil pertanian warga hingga ribuan ton sekali panen.

"Ini adalah bagian dari pembangunan embung-embung irigasi untuk kemajuan pertanian, ini adalah contoh untuk skala lokal kita bisa meningkatkan sawah dari 75 hektare menjadi 250 hektare. Dari (hasil pertanian) asalnya 675 ton jadi 3.750 ton," kata pria yang akrab disapa Kang Emil di lokasi, Sabtu (31/8/2019).

Dijelaskan Emil, pembangunan irigasi di Sukabumi itu adalah sebagian kecil contoh pembangunan sektor pertanian di Jawa Barat khususnya di Sukabumi. Emil juga menyebut saat ini Pemprov Jabar tengah fokus membangun desa.

"Pemprov sedang fokus 60% energinya membangun desa. Ada desa digital, satu desa satu perusahaan, satu pesantren satu produk. Ada program kredit mesra di masjid, ada 1 desa satu hafiz Quran dan lain-lain supaya apa, suatu hari masyarakat Jabar tinggal di desa tapi rezeki kota," lanjutnya.

Nantinya diungkap Emil terkait pembangunan bendungan atau embung-embung di desa tidak hanya soal urusan sederhana air mengaliri sawah melalui irigasi, tapi juga harus ada keterkaitan dengan unsur pariwisata.

"Lihat saja di sekeliling kita, belum diapa-apain sudah ramai orang ke sini. Kita tata langkah berikutnya bersama kepala desa dan pak bupati agar wisata skala lokal bisa tertata dengan rapi dan baik. Kalau itu terjadi insyaallah ada pendapatan untuk desa dengan cara yang baik," ujarnya.

Ditemui terpisah, Kadis Sumber Daya Air Jawa Barat Linda Al Amin menyebut pembangunan bendungan di Warungkiara adalah hal baru karena biasanya Pemprov Jabar hanya mengurusi soal operasional dan rehabilitasi.

"Pembangunan bendungan di Leuwi Sapi, menggunakan anggaran APBD Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 3 miliar dibangun tahun 2018. Sasaran meningkat karena luasan bendungan yang saat ini yang lebih besar. Kita membangun baru terkait dengan kebijakan provinsi, membangun irigasi baru di wilayah selatan Jabar," jelasnya.

Kesuksesan memang bisa datang dari mana saja asalkan usaha tersebut dijalankan dengan konsisten. Seperti Nicolas yang punya penghasilan lumayan besar dari usaha yang ternyata berasal dari tugas kampus.

Nicolas bercerita, bersama keempat teman kampusnya. Dia bersama teman-temannya mendirikan Pastabi.Id sebuah rumah makan yang menawarkan beragam makanan Indonesia dengan sentuhan inovasi kekinian.

"Awalnya, Pastabi untuk tugas skripsi saja, syarat kelulusan S1," kata Nicolas kepada detikFinance, Jakarta, Sabtu (31/8/2019).

Nicolas mengungkapkan, mendirikan rumah makan kuliner ini dengan modal awal sekitar Rp 50 juta. Didirikan persis pada Maret 2017 dan di pertengahan jalan keempat temannya Nicolas pun fokus pada masing-masing pekerjaannya. Kemudian pada Agustus 2017 Nicolas menjalankan Pastabi seorang diri.

Pastabi terletak di Taman Jajan CBD Bintaro. Dikatakan Nicolas, awal mula menjalankan usaha kuliner ini hanya mendapatkan omzet kisarn Rp 100-Rp 500 ribu per hari dan paling tinggi Rp 1 juta itu pun pada saat bulan puasa.

Hal itu pun tidak membuat pria yang baru berusia 23 tahun ini menyerah, apalagi menjadi seorang pengusaha di bidang kuliner adalah cita-citanya sejak kecil. Hasilnya, Nicolas kini berhasil membuat usaha kulinernya ramai didatangi dari berbagai daerah. Berkat inovasinya, Nicolas sekarang mampu mencatatkan omzet Rp 150-200 juta per bulannya.

"Awalnya sepi sampai beberapa kali pernah mendapat omzet harian nol, sekarang omzet per bulan Rp 150-200 jutaan," tegas dia.

Hide Ads