Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengatakan, saat ini petani sudah menanam cabai kembali. Sehingga diprediksi akhir bulan September hingga awal Oktober harga cabai akan kembali normal.
"Tapi sekarang mereka (petani) sudah mulai menanam cabainya, dan insyaallah bulan-bulan September-Oktober ini, akhir-akhir September (harga) stabil," tutur pria yang akrab disapa Anton tersebut, usai menghadiri rapat koordinasi di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (3/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga cabai yang stabil tersebut, Anto menjelaskan, untuk petani berada di level Rp 20.000-25.000. Sedangkan, di level masyarakat sebagai konsumennya, sebesar Rp 30.000-35.000.
"Yang dimaksud stabil ini harga jangan sampai konsumen menjerit, petaninya juga menangis. Kita ingin petani dan konsumen tersenyum. Harga stabil itu kita harapkan di posisi petani Rp 20.000-25.000. Di konsumen antara Rp 30.000-35.000. Harapannya demikian, tapi kalau Rp 40.000 di konsumen pun tak masalah," ucapnya.
Anton mengatakan, di minggu ke-3 dan ke-4 bulan September ini petani akan banyak memanen canai.
"Minggu ke-3 dan ke-4 itu panen cabai banyak," ujarnya.
Saat ini, sentra produksi cabai sendiri tersebar di Kediri, Blitar, Banyuwangi, Tuban, Cianjur, Magelang, Kulon Progo, Sleman, dan sebagainya.
Menurut Anton, ada dua hal yang menyebabkan harga cabai naik drastis. Pertama, ketika panen raya dan harga anjlok, petani tak merawat tanamannya. Sehingga, ketika musim kemarau petani tak bisa menanam cabai.
"Kemarin kan sudah kita sampaikan juga bahwa cabai itu karena imbas dari panen beberapa bulan lalu, panen raya harga anjlok. Sehingga petani tidak merawat tanamannya. Tambah lagi kemarau agak panjang sehingga petani tidak menanam cabai, agak kurang tanamannya," beber Anton.
Sebagai informasi, tingginya harga cabai ini menyumbang inflasi di bulan Agustus 2019. Angka inflasi bulan Agustus 2019 mencapai 0,12%. Cabai merah menyumbang inflasi 0,01%, dan cabai rawit 0,07%.
(dna/dna)