Lagi pula, menurut Elsa, saat ini yang menjalani profesi sebagai perias jenazah kebanyakan adalah orang-orang yang sudah tua. Sagat jarang pemuda yang mau melakoni profesi ini. Padahal jika dilihat tarifnya cukup menjanjikan.
Biasanya saluran perias jenazah untuk mendapatkan job adalah bekerja sama dengan rumah duka ataupun rumah sakit. Ada juga yang independen, mereka membuka jasa sesuai panggilan. Seperti Elsa, tapi dia tidak memungut bayaran.
Nah, bagi yang bekerja sama dengan rumah duka ataupun rumah sakit paling murah dibayar Rp 500 ribu per kepala. Jika rumah duka ataupun rumah sakitnya semakin bonafit bayarannya akan semakin mahal, bahkan bisa sampai Rp 5 juta per kepala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi mereka yang berharta banyak, biasanya ingin agar keluarga yang meninggal tetap tampil mewah atau kekinian seperti saat dia masih hidup. Nah, keinginan-keinginan makeup atau tampilan seperti itu tentu lebih familiar oleh kaum muda.
Menurut Elsa jika profesional perias jenazah secara independen memang kendalanya tidak setiap hari ada job. Tapi jika bekerja sama dengan rumah duka dan rumah sakit bisa hampir setiap hari.
Beberapa rumah duka yang dihubungi detikcom ada yang bekerjasama dengan perias jenazah, ada juga yang tidak menyediakan perias jenazah.
"Kita tidak ada perias jenazah. Biasanya yang merias itu keluarganya. Atau kadang mereka bawa perias sendiri," kata salah satu petugas rumah duka di Bogor.
Bagi perias jenazah independen bisa mengiklankan diri sendiri melalui internet, seperti media sosial. Jam terbang juga terkadang menentukan panggilan job. Sebab jasa informal seperti perias jenazah ini kadang tersiar dari mulut ke mulut.
(das/zlf)