Habibi, sudah menjalani profesinya selama hampir 5 tahun. Dalam 2 tahun belakangan ini, dia menggeluti profesinya cukup serius.
Dia membentuk tim, mulai dari tim yang terjun di lapangan, tim khusus IT yang mem-back up melalui jejaring internet bahkan untuk meretas sebuah sistem keamanan, hingga tim marketing untuk promosi jasanya.
Habibi juga menerima penyelidikan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dia membangun jaringan dengan beberapa pihak di wilayah yang mau menjadi koordinatornya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya yang datang terkait perselingkuhan pasti sudah ada kecurigaan, ada indikasi terlebih dahulu. Nah kita minta informasi keseharian targetnya seperti apa. Kerja di mana. Atau kalau sudah ketahuan, dan tengah mencari bukti, kita minta informasi kemana saja dia mainnya," terangnya kepada detikcom.
Informasi awal itu juga untuk menentukan tarif. Maklum, jasa seperti ini tidak ada tarif yang pasti. Habibi hanya memperhitungkan biaya operasional selama dia dan timnya melakukan penyelidikan. Untuk awal dia menghitung biaya operasional untuk 1 minggu.
"Kita hitung untuk beroperasi untuk peyelidikan awal 7 hari. Waktunya memang nggak tentu sampai misinya berhasil. Tapi pernah 1 hari kita sudah dapat bukti dia selingkuh, kadang bisa satu bulan," ujarnya.
Penghitungan penyelidikan awal 1 minggu menurutnya waktu yang paling ideal. Sebab dia berpandangan, bahwa orang yang berselingkuh pasti paling lama tidak ketemu hanya 1 minggu.
Setelah informasi awal didapat, Habibi dan tim mulai membuntuti targetnya. Untuk dapat mengetahui kemana saja targetnya pergi, Habibi tak segan menggunakan alat pelacak GPS yang dia tempelkan di kendaraan targetnya. Alat GPS yang dia gunakan berbentuk kotak kecil yang dilengkapi dengan perekat.
Seperti dalam film detektif, alat GPS itu dia tempelkan ke kendaraan target secara diam-diam saat targetnya lengah. Meskipun sering kali juga dibantu oleh orang terdekat target untuk menempatkan alat tersebut.
Saat membuntuti target, Habibi dan timnya menggunakan kendaraan baik mobil maupun motor. Kendaraan yang dia gunakan setiap harinya berbeda untuk menghindari kecurigaan targetnya. Untuk kendaraan Habibi sewa di rental mobil.
"Saat membuntuti kita pakai mobil dan motor. Karena kalau pakai mobil saja takut ketinggalan, kalau pakai motor saja nanti dia masuk tol kita kehilangan. Jadi pakai dua kendaraan," ujarnya.
Habibi dan tim juga sudah terbiasa untuk membaca gelagat targetnya saat dibuntuti. Biasanya jika target sudah merasa diikuti, target itu sering berhenti atau tiba-tiba belok ke jalan yang tidak biasa. Dalam kondisi seperti itu, biasanya Habibi menerjunkan tim yang lain.
Selain GPS, Habibi juga menggunakan peralatan lainnya seperti teropong, kamera profesional, kamera kecil, smartphone, bahkan sampai alat canggih seperti kamera tersembunyi dalam kacamata maupun pena.
Selain mencari tahu kebiasaan targetnya, Habibi juga mengumpulkan informasi dari selingkuhan si target. Mereka membuntuti hingga kebiasaan si target dan selingkuhannya bertemu.
Jika mereka bertemu di sebuah hotel, giliran tim IT-nya yang bekerja. Tim IT akan berusaha menembus jaringan CCTV hotel.
Setelah semuanya sudah jelas, namun belum mendapatkan bukti. Habibi dan timnya mengatur skenario agar bisa mendapatkan bukti foto dan video saat target dan selingkuhannya bertemu.
Lanjut ke halaman berikutnya >>>