Menanggapi hal itu, Founder Sigman Phi Indonesia Arif Budimanta menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia memang perekonomian Indonesia masih memiliki banyak tantangan karena belum bisa mencapai 7%.
"Komponen Ekspor Bersih maupun Investasi yang diharapkan tumbuh tinggi dan merubah struktur PDB justru mengalami perlambatan yang cukup signifikan sehingga belum berhasil mentransformasi struktur PDB kita yang hingga saat ini masih sangat didominasi oleh sektor konsumsi," kata Arif dalam keterangannya, Selasa (5/11/2019).
Arif mengatakan, kontribusi dari investasi dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Pada kuartal III-2018, kontribusi investasi dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 2,24%. Sementara pada kuartal III-2019 hanya 1,38%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arif menjelaskan banyak potensi yang bisa dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan sekaligus merubah struktur ekonomi menjadi lebih berkualitas. Pertama dapat dilakukan dengan memanfaatkan tren penurunan suku bunga dan banjir likuiditas di pasar keuangan global untuk mendorong kemajuan UMKM di Indonesia.
"Hasil simulasi yang kami lakukan jika kita mampu mendorong 10% dari pelaku UMKM untuk naik kelas, maka ekonomi kita dapat tumbuh 7,3% per tahun" ujar
arif.
Yang kedua, kata Arif, dengan memetakan dan mendorong pertumbuhan daerah. Dia menilai hal itu dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi ketimpangan antar wilayah.
Salah satu indikator apakah arah ekonomi kita sudah mengarah terhadap strategi yang disebutkan yakni melihat besarnya proporsi kredit terhadap sektor-sektor tersebut.
Arif mengatakan pemerintahan baru harus memberikan harapan baru sehingga memberikan optimisme kepada pasar. Sebab, kata Arif, saat ini pasar menunggu langkah baru dari tim ekonomi Indonesia Maju.
"Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi yang relatif lambat ini harus dijawab dengan kerja Tim Ekonomi kabinet baru yang harus lebih cepat" tutup Arif. (das/ang)