'Kawin-Cerai' Garuda dan Sriwijaya Air

'Kawin-Cerai' Garuda dan Sriwijaya Air

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Kamis, 07 Nov 2019 15:59 WIB
1.

'Kawin-Cerai' Garuda dan Sriwijaya Air

Kawin-Cerai Garuda dan Sriwijaya Air
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Hubungan antara maskapai Sriwijaya Air dengan PT Garuda Indonesia Airlines kembali memburuk. Baru sekitar sebulan sejak kedua maskapai ini kembali 'rujuk', kini mereka malah kembali 'cerai'.

Direktur Pemeliharaan & Layanan Garuda Indonesia, Iwan Joeniarto mengeluarkan pesan terkait hubungan kerja sama manajemen antara Sriwijaya Air dengan Garuda Indonesia melalui anak usahanya PT Citilink Indonesia.

Dalam pesan tersebut, dijelaskan bahwa karena keadaan dan beberapa hal yang belum diselesaikan oleh kedua pihak maka Sriwijaya Air melanjutkan bisnis sendiri. Hubungan antara Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Group akan dilanjutkan pada basis bisnis ke bisnis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan demikian, Sriwijaya tidak akan lagi menjadi anggota Garuda Indonesia Group," bunyi pesan itu seperti dikutip detikcom, Kamis (7/11/2019).

Sejatinya, hubungan kerja sama antara Garuda dan Sriwijaya ini bukan kali pertama terjadi. Masalah ini terjadi sudah berlarut-larut.

Lanjut ke halaman berikutnya >>>
Berdasarkan catatan detikcom, kedua maskapai ini mulai menjalin hubungan sejak 9 November 2018. Garuda Indonesia Group melalui anak usahanya PT Citilink Indonesia, mengambilalih pengelolaan operasional Sriwijaya Air dan NAM Air, direalisasikan melalui bentuk Kerjasama Operasi (KSO).

Komisaris Utama Garuda Indonesia Agus Santoso menjelaskan, salah satu alasan Garuda Indonesia mengambil alih Sriwijaya Air melalui KSO yaitu karena Sriwijaya Air memiliki memiliki permasalahan finansial. Keuangan Sriwijaya Air saat ini dinilai kurang sehat.

Dengan KSO yang akan dikelola oleh Citilink ini diharapkan dapat membantu pemulihan Sriwijaya Air Group di tengah persaingan industri penerbangan yang semakin kompetitif.

Namun hubungan kedua maskapai ini mulai retak ketika Sriwijaya Air melakukan 'bersih-bersih' orang Garuda dalam jajaran direksinya. Pada 9 September 2019, Dewan Komisaris PT Sriwijaya Air memutuskan untuk memberhentikan 3 direksi termasuk direktur utama perusahaan. Ketiga orang tersebut adalah direksi yang diambil dari pejabat di Garuda Indonesia.

Kemudian hubungan kedua maskapai ini semakin memanas ketika GMF AeroAsia yang merupakan anak usaha Garuda Indonesia Group memutuskan hubungan kerja samanya dengan Sriwijaya Air. GMF AeroAsia sudah memutuskan pelayanannya terhadap Sriwijaya Air sejak 25 September 2019, lantaran maskapai Sriwijaya telah menunggak pembayaran hingga Rp 800 miliar.

Tidak hanya itu, pada tanggal yang sama, PT Citilink Indonesia yang juga merupakan anak usaha PT Garuda Indonesia melayangkan gugatan kepada maskapai Sriwijaya Air di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Citilink menggugat Sriwijaya Air atas dugaan wanprestasi dalam perjanjian bisnis antara kedua maskapai ini.

Lanjut ke halaman berikutnya >>>

Setelahnya, Direktur Quality, Safety and Security Sriwijaya Air Toto Soebandoro merekomendasikan Sriwijaya Air untuk menghentikan operasinya. Toto melayangkan surat rekomendasi tersebut kepada Plt Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson I pada 29 September 2019.

Hal itu membuat Sriwijaya Air dianggap tak memenuhi standar keamanan. Rekomendasi pun muncul setelah dilakukan pengawasan dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPU), Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Sriwijaya Air pun melakukan line maintenance sendiri dengan metode engineer on board (EOB) dengan jumlah 50 orang. Terdiri dari 20 orang certifying staff, 25 orang RII dan certifying staff dan 5 orang management and control. Personel tersebut terbagi dalam 4 grup.

Sriwijaya Air pun juga melakukan kerja sama line maintenance dengan PT JAS Engineering sebagai pemegang AMO 145 pada 3 hari sejak 24 September 2019. Selain itu, Sriwijaya Air juga melakukan kerja sama brake and wheel dengan PT Muladatu dan PT JAS Engineering sebagai pemegang AMO 145.

DKPU pun akan melaksanakan pengawasan dan evaluasi kegiatan operasi penerbangan berdasarkan kemampuan yang dimiliki Sriwijaya Air tersebut.

Setelah dilakukan pertemuan dan diskusi dengan Direktur Tekniknya pada 28 September 2019, serta mendengar laporan dari DGCA diketahui bahwa ketersediaan tools, equipment, minimum spare dan jumlah qualified engineer yang ada ternyata tidak sesuai dengan laporan yang tertulis dalam kesepakatan yang dilaporkan kepada Dirjen Perhubungan Udara dan Menteri Perhubungan.

Termasuk bukti bahwa Sriwijaya Air belum berhasil melakukan kerja sama dengan JAS Engineering atau MRO lain terkait dukungan Line Maintenance.

Baru pada Selasa 1 Oktober 2019, Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air kembali menjalin kerja sama. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra selaku perwakilan Garuda Indonesia Group dalam kerja sama manajemen (KSM) dengan Sriwijaya Air pada konferensi pers siang ini.

"Baru saja pada pagi hari ini Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air yang diwakili oleh pemegang saham Sriwijaya Air menyepakati komitmen bersama kerja sama manajemen (KSM) tentang keberlangsungan dari KSM dan komitmen yang disepakati bersama untuk terus dilanjutkan kerja sama ini," kata Juliandra di Auditorium Garuda City Center (GCC), Bandara Soekarno Hatta, Selasa (1/10/2019).

Hide Ads