Komisaris Utama Garuda Indonesia Agus Santoso menjelaskan, salah satu alasan Garuda Indonesia mengambil alih Sriwijaya Air melalui KSO yaitu karena Sriwijaya Air memiliki memiliki permasalahan finansial. Keuangan Sriwijaya Air saat ini dinilai kurang sehat.
Dengan KSO yang akan dikelola oleh Citilink ini diharapkan dapat membantu pemulihan Sriwijaya Air Group di tengah persaingan industri penerbangan yang semakin kompetitif.
Namun hubungan kedua maskapai ini mulai retak ketika Sriwijaya Air melakukan 'bersih-bersih' orang Garuda dalam jajaran direksinya. Pada 9 September 2019, Dewan Komisaris PT Sriwijaya Air memutuskan untuk memberhentikan 3 direksi termasuk direktur utama perusahaan. Ketiga orang tersebut adalah direksi yang diambil dari pejabat di Garuda Indonesia.
Kemudian hubungan kedua maskapai ini semakin memanas ketika GMF AeroAsia yang merupakan anak usaha Garuda Indonesia Group memutuskan hubungan kerja samanya dengan Sriwijaya Air. GMF AeroAsia sudah memutuskan pelayanannya terhadap Sriwijaya Air sejak 25 September 2019, lantaran maskapai Sriwijaya telah menunggak pembayaran hingga Rp 800 miliar.
Tidak hanya itu, pada tanggal yang sama, PT Citilink Indonesia yang juga merupakan anak usaha PT Garuda Indonesia melayangkan gugatan kepada maskapai Sriwijaya Air di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Citilink menggugat Sriwijaya Air atas dugaan wanprestasi dalam perjanjian bisnis antara kedua maskapai ini.
Lanjut ke halaman berikutnya >>>