Presiden Direktur Dahana Budi Antono memperkirakan pendapatan pada tahun 2019 sekitar Rp 1,8 triliun. Angka ini lebih rendah dari raihan tahun lalu sebesar Rp 1,9 triliun.
Kemudian, laba tahun 2019 akan berada di kisaran Rp 100 miliar atau lebih rendah dibanding tahun lalu Rp 133 miliar.
"Tahun lalu Rp 133 miliar, sekarang mungkin Rp 100 miliaran lah kira-kira saya nggak hafal," katanya di Kementerian BUMN Jakarta, Selasa (12/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, sejumlah badan usaha itu tidak bekerja sendiri namun menggandeng perusahaan-perusahaan asing.
"Jadi pengusaha asing hanya pinjem bendera saja, jadi yang aktivitas ini," katanya.
Saat dikonfirmasi mengenai skema masuknya perusahaan asing itu, ia tak bisa memastikan. Kemungkinan, ia menuturkan, perusahaan lokal hanya berperan mendatangkan bahan peledak dan mendapatkan komisi.
"Iya mungkin mereka, mungkin ya saya nggak tau, visinya beda dengan Dahana. Dahana visi misi beda menghasilkan (produk), menghasilkan industri. Kalau yang lain fee base begitu ada kontraktor atau pengusaha asing. Misalkan, di Freeport, (ada) Orica tapi yang mendatangkan bahan peledak BU Handak lokal dibayar sekian dolar per ton misalkan begitu," ungkapnya.