Jakarta - Mantan Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara (Ari Askhara) terancam hukum pidana sebagai buntut kasus penyelundupan Harley dan Brompton. Jika penyelidikan membuktikan Ari bersalah secara pidana, maka dia terancam dibui.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi mengatakan, Ari Askhara terindikasi menyalahi aturan hukum, sehingga penyelesaiainnya pun harus lewat jalur hukum.
Informasi itu jadi yang paling populer di detikFinance sepanjang hari ini. Informasi lain yang tak kalah populer adalah soal saham gorengan Jiwasraya hingga mahalnya ongkos umrah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mau tahu apa saja berita terpopuler hari ini? Selengkapnya di sini.
Dirut Garuda Terancam Bui
Mantan Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara (Ari Askhara) terancam hukum pidana sebagai buntut kasus penyelundupan Harley dan Brompton. Jika penyelidikan membuktikan Ari bersalah secara pidana, maka dia terancam dibui.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi mengatakan, Ari Askhara terindikasi menyalahi aturan hukum, sehingga penyelesaiainnya pun harus lewat jalur hukum.
"Dan yang jelas kami tegaskan bahwa ini merupakan tindak pidana maka solusi bukan bayar. Tapi kalau bukan tindak pidana tentunya solusi yang lain," ujarnya di Gedung DJBC,, Jumat (27/12/2019).
Saham Gorengan Jiwasraya
Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya (Persero), Hexana Tri Sasongko menjelaskan, perusahaan menerima kerugian besar dari penempatan investasi saham kualitas rendah alias 'gorengan'. Karena penempatan itu, nilai investasi saham Jiwasraya turun drastis.
Saat wawancara khusus dengan detikcom belum lama ini, Hexana sempat menyebut beberapa saham yang dianggap 'gorengan' tadi.
"Sudah jelas, saham IIKP, saham SMRU yang sekarang Rp 350, FIRE, saham-saham MTFN," sebutnya belum lama ini.
Baca juga: Belum Rilis Laporan Keuangan 2018, Ini Penjelasan Bos Jiwasraya
Berdasarkan sumber detikcom, ada sejumlah saham gorengan yang membuat Jiwasraya merugi. Saham-saham gorengan yang dimiliki Jiwasraya kini telah menjadi aset dasar (underlying) investasi reksa dana alias tidak investasi saham langsung.
Beberapa saham itu di antaranya PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR), PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP), PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE), PT Pool Advista Finance Tbk (POLA) dan PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM).
"Ada 107 saham dalam underlying," jelas sumber detikcom.
Apakah saham-saham tersebut masih dimiliki perusahaan?
Mengutip Laporan Keuangan per 31 Desember 2018, Jiwasraya tak pernah tercatat memiliki saham PCAR, JGLE, POLA dan TRAM secara langsung.
Sementara untuk saham LCGP, terakhir perusahaan memiliki saham LCGP pada tahun 2015. Sementara pada tahun 2016, 2017 dan 2018, perusahaan tak lagi memiliki saham tersebut secara langsung.
Sedangkan untuk saham IIKP, terakhir kali dimiliki Jiwasraya secara langsung pada tahun 2014. Saham SMRU masih dimiliki perusahaan hingga 2018. Saham FIRE tak pernah dimiliki perusahaan sejak 2014. Terakhir, saham MTFN dimiliki Jiwasraya pada 2014 dan 2015.
Pesaing Gojek Grab yang Bikin Geger Ojol
Kemunculan ojek online (ojol) asal Rusia, Maxim, bikin geger para kompetitornya. Pasalnya, Maxim berani pasang tarif lebih murah dari dua raksasa Gojek-Grab. Apa alasannya?
Development Manager Maxim Indonesia Imam Mutamad mengatakan tarif murah yang diterapkan Maxim adalah sebagai upaya promosi di tahap awal kemunculannya. Pihaknya pun hanya mengenakan komisi 10% pada mitra pengemudi.
"Inilah yang kami tawarkan pada driver memberikan satu pilihan, tanpa tujuan berkompetisi dengan yang sudah ada lebih dulu. Kami memberikan pilihan kepada pelanggan ataupun driver. Jika dilihat pengembangan maxim mendapatkan respon positif dari pasar," kata Imam dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (27/12/2019).
Tiket Umrah Mahal
Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Mardani H.Maming menduga ada monopoli dan kartel penjualan tiket pesawat Garuda Indonesia oleh lima agen travel. Akibatnya harga tiket, khususnya untuk umrah mahal.
Menurut Maming, modus monopoli dilakukan oleh travel-travel kecil yang mewajibkan calon konsumen membeli tiket umrah melalui lima agen yang diduga melakukan kartel tersebut. Kelima agen tersebut hanya menawarkan tiket Garuda Indonesia.
"Kita minta KPPU secepatnya turun tangan, menyelidiki dugaan ini. Umat mau ibadah kok tiket pesawat Garuda dimonopoli oleh lima agen ini. Akibatnya harga tiket kemudian menjadi mahal. Sebab travel-travel kecil ini wajib membeli ke kelima agen di atas. Kita minta KPPU ungkap dugaan adanya permainan di internal Garuda dan kelima agen ini," kata Maming dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Jumat (27/12/2019).
Simak Video "Video: Heboh Pernikahan Anak di Lombok Berujung Ortu Pengantin Dipolisikan"
[Gambas:Video 20detik]