Lebih lanjut, Alamsyah mengeluh karena dagangan yang dijualnya yang mayoritas diimpor dari China masih tersisa 40% sejak pertama dijajakan pada awal bulan lalu.
"Masih banyak sisa, terutama yang shio-shio itu, kalau aksesoris kayak gantungan, kalau kalau enggak habis masih bisa disimpan, tapi kalau yang shio-shio mana bisa, tiap tahun kan shionya ganti-ganti," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjualan pernak-pernik imlek yang kurang bergairah juga dirasakan penjual lain, Wijaya (62). Wijaya mengatakan omzetnya menurun hingga 20% dari tahun sebelumnya.
"Ya ada penurunan, biasa bisa terima omzet sampai Rp 20 juta/bulan, tahun ini (omzet) turun 20%," ujar Wijaya.
Meski demikian, Wijaya mengaku pernak-pernik di kiosnya nyaris habis. itu juga karena ia tak menjual dalam jumlah banyak.
"Mungkin karena punya saya ini cuma kios kecil jadi ya cepat juga ngabisinnya, lagi pula saya enggak banyak jual yang shio-shio karena kalau nggak habis kan nggak bisa dijual lagi tahun-tahun berikutnya, jadi jual yang paling awet aja barangnya, yang bisa disimpan kalau tidak abis," tuturnya.
Adapun pernak-pernik yang paling laku terjual oleh para pedagang di sana adalah berupa lampion, angpau, stiker hoki fuk, dan pohon meihua.
(ara/ara)