Kok Warga Jakarta Masih Rela Bermacet Ria Naik Kendaraan Pribadi?

Kok Warga Jakarta Masih Rela Bermacet Ria Naik Kendaraan Pribadi?

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 14 Feb 2020 13:40 WIB
Usai libur Lebaran, lalu lintas Jakarta kembali macet. Seperti terlihat di Jalan Jenderal Basuki Rachmat, Jakarta Timur, Senin (25/6/2018).
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Pemerintah berupaya menyediakan transportasi massal yang memadai untuk masyarakat Jabodetabek agar mau menggunakan transportasi umum tersebut. Tujuannya tentu untuk mengurangi volume kendaraan pribadi di jalanan Jakarta dan mengurangi macet.

Sayang, meski sudah banyak angkutan umum yang disediakan, masyarakat masih rela macet-macetan di jalan menggunakan kendaraan pribadi. Apa yang salah?

Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, keberadaan angkutan umum yang ada belum signifikan atasi kemacetan lantaran keberadaannya hanya di jalur-jalur besar. Seharusnya pemerintah menyediakan angkutan umum sampai ke daerah permukiman warga dengan jarak maksimal 300 meter (m).

"Nggak ada angkutan umum di perumahan-perumahan, itu permasalahannya. Kalau setiap perumahan dikasih angkutan umum baru orang mau pindah. Kalau nggak ada dia mau naik apa? Jadi nyediainnya bukan di jalur utama, tapi bagaimana sampai kawasan permukiman maksimal 300 m itu idealnya orang mau berjalan segitu," kata Djoko kepada detikcom, Jumat (14/2/2020).

Keberadaan MRT dan LRT dinilai menjadi sia-sia jika tidak dibarengi dengan angkutan umum sampai ke permukiman warga. Ia pun menyarankan agar ada Undang-undang (UU) Lalu Lintas yang mengatur kawasan perumahan wajib disediakan rute angkutan umum.

"Percuma dibangun MRT, LRT, tapi nggak ada angkutan umumnya ke perumahan itu tetap saja orang menggunakan kendaraan pribadi. Mau dibuat apapun angkutan massal bagus tapi kalau jauh dari rumah ya malas," ujarnya.

Saat ini sebenarnya sudah ada beberapa rute angkutan umum, namun Djoko menilai sudah tidak layak untuk digunakan sehingga perlu diperbaiki.

"Nggak ada yang dari rumah naik angkutan umum ke stasiun terdekat, jarang kayak gitu. Ada ya jelek, bobrok (rusak) gitu. Jadi yang sudah ada angkutan umum harus diperbarui," sarannya.

Untuk kawasan yang tidak bisa dijangkau angkutan umum, Djoko menyarankan agar pemerintah memperluas kawasan park and ride seperti di stasiun agar masyarakat mau menitipkan kendaraannya dan beralih menggunakan angkutan umum.

"Bisa sediakan park and ride, jadi orang dari rumah naik sepeda atau apa parkir di situ gratis. Jadi daerah-daerah pinggiran kota bisa menggunakan itu," sebutnya.


(dna/dna)

Hide Ads