Aduh! Virus Corona Picu Resesi Ekonomi Global

Aduh! Virus Corona Picu Resesi Ekonomi Global

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 11 Mar 2020 06:03 WIB
Virus corona telah mewabah di China sejak Desember 2019 lalu. Hingga kini, tim medis terus berjuang untuk menangani pasien yang terjangkit virus corona.
Foto: AP Photo

Virus corona memaksa orang untuk tinggal di rumah dan menghindari perjalanan, memangkas permintaan untuk tiket penerbangan, kamar hotel dan makan dk restoran. Pada saat yang sama, penghentian operasi pabrik di China dan di tempat lain, dan kekhawatiran akan lebih banyak gangguan di bagian lain dunia, telah mengganggu rantai pasokan dunia.

Semakin lama pandemi berlangsung, dan semakin dramatis upaya untuk mengatasinya, semakin besar pengaruhnya bagi perekonomian global. Saat ini, situasinya sangat tidak pasti.

"Panjang dan dalamnya kontraksi ekonomi global sangat tergantung pada apakah petugas kesehatan dapat memperlambat penyebaran virus melalui peningkatan pengujian, pembatasan pertemuan massal, dan karantina orang yang terinfeksi," kata Kepala Ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius.

Cina, adalah negara yang terpukul paling keras oleh wabah ini. Sepanjang Februari kemarin aktivitas negaranya terganggu dan membuat negara itu mengalami kontraksi ekonomi pertama sejak 1970-an.

Tetapi ketika jumlah kasus virus corona secara global naik di atas 100.000, dan pemerintah negara lain di luar China mengumumkan lebih banyak pembatasan, para ekonom mulai mempertimbangkan tekanan yang lebih parah terhadap ekonomi global.

Kepala Ekonom Capital Economics, Neil Shearing, melihat adanya resesi yang tajam tapi mungkin dalam jangka pendek sebagai skenario terburuk untuk saat ini. Itu bisa berubah dengan cepat.

Sementara Kepala ekonom Morgan Stanley, Chetan Ahya mengatakan pertumbuhan global akan mengalami kejutan yang cukup besar pada paruh pertama tahun 2020.

Pertumbuhan PDB, perkiraan Morgan Stanley, akan turun ke tingkat tahunan 2,3% sebelum pulih menjadi 3,1% dalam enam bulan berikutnya, didorong oleh stimulus dari pemerintah dan bank sentral.

Tetapi Ahya memperingatkan, jika wabah virus corona menjadi lebih luas, melampaui April dan merugikan perusahaan lebih dari yang diperkirakan sebelumnya, ekonomi global akan memasuki resesi. Dalam hal ini, Amerika Serikat, Eropa dan Jepang akan mengalami resesi, atau dua perempat kontraksi berturut-turut, katanya.


Meski begitu, resesi yang disebabkan oleh virus corona akan terlihat sangat berbeda dari krisis keuangan 2008. Pemulihan akan terjadi ketika rumah tangga dan bank perlahan-lahan kembali ke jalurnya. Sementara itu, coronavirus crunch, diharapkan memberi jalan bagi rebound cepat setelah wabah dikendalikan.

Resesi global sudah berpengaruh ke pasar modal Indonesia. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kian bikin deg-degan.



Simak Video "Video: Kasus Covid-19 Naik Lagi! Thailand Catat Ada 23 Ribu Kasus Baru"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads