Neraca Dagang Surplus di Tengah Corona, Ini Sebabnya

Neraca Dagang Surplus di Tengah Corona, Ini Sebabnya

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 17 Mar 2020 08:03 WIB
Setelah beberapa bulan mengalami defisit alias tekor, pada Mei 2019 posisi neraca perdagangan berbalik menjadi surplus.
Foto: Pradita Utama

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Yunita Rusanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (16/3/2020).

Nilai impor menurut penggunaan barang sendiri semuanya menurun. Termasuk impor barang konsumsi, impor bahan baku penolong, dan impor barang modal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angka impor sebesar US$ 11,6 miliar tercatat turun 18,69% secara month to month, dan turun 5% secara year on year.

Impor yang paling banyak turun berasal dari barang mesin dan perlengkapan elektrik, mesin dan peralatan mekanis, kendaraan dan bagiannya, plastik dan barang dari plastik, serta bahan kimia organik.

ADVERTISEMENT

Sementara ekspor Februari tercatat sebesar US$ 13,94 miliar. Peningkatan ekspor terbesar dari logam mulia, kendaraan dan bagian lainnya, lemak dan minyak nabati, barang tekstil, bahan bakar mineral.

Dan penurunan ekspor terbesar berasal dari besi dan baja, alas kaki, tembaga dan barang daripadanya, pulp dari kayu, pakaian dan aksesori.

Ekspor naik paling tinggi ke negara Singapura, Malaysia, Ukraina, Swiss, dan Filipina. Ekspor turun paling dalam ke China (turun tajam, US$ 245,5 juta, antara lain besi baja, tembaga, pulp), India, Taiwan, Jerman, dan Belanda.

Berikut neraca perdagangan 2020:

Januari 2020 defisit US$ 870 juta
Februari 2020 surplus US$ 2,34 miliar

Bagaimana dengan ekspor?



Simak Video "Video: Kasus Covid-19 Naik Lagi! Thailand Catat Ada 23 Ribu Kasus Baru"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads