Soal rencana penutupan total di Kota Tegal, Sunarti akan memilih tinggal di rumah bersama keluarga. Dia akan kembali berdagang bila suasananya kembali normal.
"Kalaupun tetap dagang juga tidak akan habis. Tidak ada pembeli. Semua lampu jalan dimatikan jadi tidak ada orang keluar rumah," sambungnya.
Keluhan serupa disampaikan pedagang minuman, Sutarso (32). Hasil dagangan dia setiap hari rata rata Rp.300 - 400 ribu. Omzet penjualan pria ini kemudian turun sejak diberlakukan penutupan Alun-alun.
'Saban hari Rp 50.000 saja belum dapat. Sekarang sepi," ujar Sutarso.
Jumlah pedagang kaki lima di bundaran Alun-alun saat ini sebanyak 143 orang. Sejak penutupan akses masuk ke Alun-alun hanya 9 pedagang yang masih bertahan, termasuk Sunarti, dan Sutarso.
Tidak hanya PKL, pemilik toko di sekitaran alun alun juga terkena dampaknya. Mereka terkena imbas dari penutupan jalan lima hari lalu. Beberapa pemilik toko menjelaskan, omset turun 55-60 persen sejak akses masuk Alun-alun ditutup.
"Dari pagi sampai malam sepi tidak ada pembeli. Saya pasrah karena anjuran dari pemerintah mau gimana lagi. Bisanya kalau jalan tidak ditutup pembeli lumayan bisa buat makan, tapi saat ini sama sekali tidak ada pembeli satupun," kata Atik, pemilik toki kelontong.
(hns/hns)