Jerit Tukang Cukur hingga Pekerja Lepas Tak Berdaya Dihantam Corona

Jerit Tukang Cukur hingga Pekerja Lepas Tak Berdaya Dihantam Corona

Soraya Novika - detikFinance
Rabu, 15 Apr 2020 19:33 WIB
Jerit Tukang Cukur hingga Pekerja Lepas Tak Berdaya Dihantam Corona
Foto: Dampak Corona ke Ekonomi (Tim Infografis Fuad Hasim)
Lalu, pekerja lepas (freelance) pun demikian. Pekerja lepas pada kelimpungan lantaran sebab banyak proyek atau pesanan dari perusahaan-perusahaan tempat mereka berkontribusi ikut batal karena Corona. Penundaan proyek otomatis ada pendapatan yang tersendat sampai ke kantong mereka.

Seperti yang dialami Satria, seorang musisi yang bergantung hidup sebagai pekerja lepas di bidang tersebut. Ia mengaku menerima banyak pembatalan pesanan acara karena pandemi ini.

"Sebelum ada pandemik ini, pekerjaan saya jadwal kerjanya banyak sekali, terutama di bulan Maret dan April. Job nikahan, cafe, dan event. Tapi dengan adanya musibah ini, perlahan-lahan satu per satu kerjaan saya dibatalkan," keluh Satria kepada detikcom.

Ia mengaku pendapannya kini kian menipis. Ia pun merasa khawatir dengan kehidupan di bulan-bulan selanjutnya bila sama sekali tidak ada panggilan untuk mengisi acara seperti sekarang.

"Bisa anda bayangkan bagaimana saya bisa bertahan hidup ke depan dengan tidak ada pemasukan dari pekerjaan saya. Saya mengontrak dengan istri saya dan kami makan apa adanya. Kami mengikuti setiap kebijakan pemerintah untuk tetap dirumah. Dengan berharap pandemik ini segera berakhir," tutupnya.

Tak hanya Satria, Rio yang juga berprofesi serupa yakni musisi longtrip pun merasakan nasib yang sama. Rio mengaku dirinya dan teman-teman seprofesinya merasakan pahitnya tak menerima pendapatan sama sekali.

"Pekerjaan saya ini biasanya main dari satu kota ke kota lain, akibat corona ini saya dan rekan-rekan seprofesi saya benar-benar kehilangan lahan untuk mencari rezeki," ucap Rio.

Ia berharap pemerintah memberi solusi lain dari sekadar membagikan sembako. Ia ingin ada solusi yang memungkin pekerja seperti dirinya tetap bisa mencari nafkah di tengah situasi seperti ini.

"Kompensasinya hanya diberikan sembako senilai Rp 600 ribu/bulan selama 3 bulan. Bukan itu yang kita butuhkan dan saya yakin kompensasi itu juga tidak rata pembagiannya, dengan adanya aturan PSBB atau apapun itu tidak akan merubah keadaan jadi lebih baik. Tapi akan menaikkan tingkat kriminalitas," imbuhnya.

Lalu, ada Iwan, seorang pekerja lepas di bidang event organizer. Serupa dengan dua musisi lainnya, pekerjaan satu ini juga sama terpukulnya. Menurutnya, jenis pekerjaannya yang insidental tersebut sangat bergantung pada kunjungan kerumunan banyak orang.
Sejak adanya imbauan work from home, pekerja event organizer benar-benar kehilangan pendapatan mereka.

"Satu persatu event/acara dibatalkan, berawal dari kesadaran client kami untuk menghindari kerumunan orang hingga pembatalan izin oleh pihak pemerintah. Pada saat pemerintah memberhentikan pemberian izin keramaian, di situ pekerjaan kami berhenti, penghasilan kami setop. Bahkan beberapa pekerjaan kami yang sudah selesai pun tidak dibayarkan oleh client kami, karena nasib mereka pun sama dengan kami, tidak ada pemasukan," paparnya.

Pekerjaan atau bisnis Anda terdampak Corona dan PSBB? Kehilangan pekerjaan karena PHK, tidak bisa berjualan karena PSBB, atau gaji dipotong karena bisnis lesu?

Jangan cuma diam, ceritakan kepada kami kisah Anda melalui email ke redaksi@detikFinance.com dengan judul Dampak Corona dalam bentuk tulisan, foto, maupun video. Pemerintah harus tahu dampak dari kebijakan yang diambil sejak darurat Corona. Sertakan nomor telpon aktif sehingga reporter kami bisa menghubungi. (dna/dna)

Hide Ads