Sudah Waktunya Supermarket Tak Terima Pembeli Offline

Sudah Waktunya Supermarket Tak Terima Pembeli Offline

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 20 Apr 2020 12:45 WIB
supermarket
Foto: istimewa
New York -

Departemen Tenaga Kerja AS pekan lalu merekomendasikan agar toko kelontong dan supermarket mulai menggunakan pengambilan, pengiriman online, dan jasa drive-thru untuk melindungi pekerja dari paparan virus Corona. Jangan lagi ada pembeli yang masuk ke toko.

Departemen Hubungan Industri California juga mengatakan bahwa perusahaan harus mendorong penggunaan pesanan dan pengambilan online oleh pelanggan.

Beberapa pedagang besar secara perlahan mulai bergerak ke arah ini. Whole Foods telah menutup sebuah toko di area Bryant Park, New York City dan mengubahnya menjadi toko online saja, yang hanya berfokus pada pengiriman. Kroger (KR) dan Giant Eagle telah mengalihkan beberapa toko ke lokasi pengambilan dan pengiriman saja.

Pandemi virus Corona mengharuskan masyarakat untuk menerapkan social distancing. Masyarakat diminta untuk menghindari kerumunan atau keramaian demi mencegah penyebaran virus.

Namun, bagi pedagang toko kelontong di AS hal tersebut sulit untuk dilakukan karena toko terus dibanjiri oleh konsumen. Pemilik toko kelontong mengungkapkan bahwa banyak konsumen yang tidak menerapkan social distancing dan akan terus membahayakan konsumen bahkan pekerja.

Presiden Serikat Pekerja Pangan dan Komersial AS Marc Perrone, mengatakan 85% pekerja toko kelontong melaporkan bahwa pelanggan tidak mempraktikkan jarak sosial di toko-toko.


Profesor dan Direktur Studi Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan di San Francisco State University, John Logan, menyarankan toko kelontong untuk beralih toko online dan menyediakan jasa drive thru demi mengurangi kontak fisik antar pekerja dan konsumen.

"Toko harus menerapkan langkah baru demi mengurangi interaksi langsung dengan konsumen demi melindungi pekerja grosir," kata Logan. Dilansir dari CNN, Senin (20/42020)


General Manager Takoma Park Silver Spring Co-op pada Takoma Park di Maryland, Mike Houston memutuskan untuk menutup toko kelontongnya Maret lalu ketika dan beralih ke jasa drive thru.

"Tidak ada cara lain untuk melindungi staf saya dan masyarakat, kami rata-rata melayani 960 orang per hari di toko seluas 400 meter persegi. Semua langkah dilakukan demi menjaga penyebaran virus Corona," kata Houston.

Namun, ada sebagian besar toko ragu-ragu ditutup untuk umum. Sebaliknya, mereka menerapkan kebijakan yang lebih terbatas seperti mengukur suhu pekerja dan membatasi jumlah pelanggan di dalam toko. Perusahaan meminta keluarga konsumen untuk mengurangi membawa anggota keluarga saat berbelanja, sebaiknya berbelanja sendiri.


Los Angeles, Miami, Washington DC, New Jersey, Maryland dan New York telah memerintahkan pembeli untuk mengenakan masker saat berbelanja.

Mantan Wakil Sekretaris Tenaga Kerja AS, Seth Harris mengatakan pengambilan dan pengiriman online bagi toko kelontong membutuhkan staf yang jauh banyak dan harus membayar staf lebih banyak pula. Hal tersebut juga memicu menumpuknya pekerja yang akan memicu penyebaran virus Corona.

Membayar banyak pekerja juga akan menghabiskan lebih banyak uang untuk pedagang. Toko kelontong telah mempekerjakan lebih banyak pekerja selama pandemi untuk memenuhi permintaan dan telah menaikkan gaji karyawannya.

Beralih ke pengambilan dan pengiriman online juga dapat membebani pelanggan berpenghasilan rendah yang tidak mampu membayar biaya setiap pengiriman, tidak memiliki akses internet, dan akses menukar kupon.

Direktur Eksekutif Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja di New York, Charlane Obernauer mengatakan, bahwa beralih ke pengambilan dan pengiriman online mungkin tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah keamanan pekerja. Mereka tetap dapat terpapar virus karena masih harus bekerja dan berada di toko.



Simak Video "SRC Ungkap Tingkatkan Ekonomi UMKM"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads