Kisah Pengusaha Telur Asin Bertahan di Tengah Gempuran Corona

Kisah Pengusaha Telur Asin Bertahan di Tengah Gempuran Corona

Imam Suripto - detikFinance
Senin, 18 Mei 2020 21:46 WIB
Pengusaha telur asin bertahan hidup di tengah hantaman Corona
Foto: Imam Suripto/detikcom: pengusaha telur asin bertahan hidup di tengah hantaman Corona
Brebes -

Perajin telur asin, oleh oleh khas Brebes, Jawa Tengah, nasibnya kini benar benar merana. Masa pandemi COVID-19 telah menyebabkan turunnya omzet penjualan.

Pandemi COVID-19, dampaknya benar benar dirasakan oleh semua kalangan. Tak terkecuali para pelaku UMKM di Brebes yang menyediakan oleh oleh khas Brebes.

Bagi perajin oleh oleh telur asin, masa dimana makin mendekati hari raya adalah momen untuk menambah produksi hingga berlipat lipat. Mereka sengaja menggandakan produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat saat arus mudik dan balik lebaran.

Namun harapan meraup laba banyak saat moment lebaran ini harus kandas. Pandemi COVID-19 telah menghempaskan harapan pedagang ini.

Alih alih mengalami peningkatan jumlah pembeli, yang terjadi justru sebaliknya. Pembeli telur asin menurun tajam karena adanya PSBB dan larangan mudik.


Dinah (52) pemilik telur asin HTM di Desa Pesantunan mengaku, sejak terjadi pandemi, dirinya sudah tidak memproduksi telur asin dalam jumlah banyak. Telur asin yang diproduksi hanya untuk menyediakan kebutuhan warga sekitar.

"Kalau saat saat seperti ini, biasanya kami mengasinkan 70 sampai 80 telur asin untuk memenuhi permintaan pelanggan dan pemudik. Sekarang hanya membuat kurang dari 10 ribu butir. Lebaran kali ini beda jauh. Sepi tidak ada pembeli karena memang ada larangan mudik," ujar Dinah ditemui di kiosnya, Senin (18/5/2020) siang.

Didit (46) perajin telur asij Tip Top di Kelurahan Gandasuli mengungkapkan hal yang sama. Pandemi ini telah menurunkan jumlah penjualan hingga 90 persen.

"Adanya pembatasan (PSBB), mudik dilarang, jadinya omzet turun. Kalau dihitung hitung sampai 90 persen dari normal," ungkap Didit.

Klik halaman selanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Biasanya dalam sehari di luar suasana mudik, Didit mampu menjual 4000 butir. Sedangkan dalam suasana mudik dan balik lebaran, bisa tembus 15 ribu butir perhari.

Suasan pandemi, sambung Didit, menyebabkan turunnya omzet. Pada awal puasa, dia menambahkan, memproduksi 4000 butir telur asin untuk memenuhi kebutuhan warga. Karena jumlah pembeli turun, telur bikinannya ini tidak habis hingga munggu ke dua puasa.

"Kami pernah buat 4.000 butir. Dari awal puasa sampai minggu ke dua tidak habis. Terpaksa telur diobral Rp.1500 per butir dari harga normal Rp.3300," ungkapnya.

Ditemui terpisah, Nani Nuryati, Kabid UMKM Dinas Koperasi Usaha Menengah dan Perdagangan (Dinkumdag) Brebes, mengatakan, perajin telur asin adalah salah satu sektor usaha yang paling terdampak pandemi ini. Kebijakan PSBB dan larangan mudik, telah menyebabkan jumlah pembeli turun.


Dampak lain yang ditimbulkan adalah banyak perajin yang merumahkan pekerjanya. Seperti biasa, kata Nani, setiap menjelang hari raya banyak yang mencari tenaga kerja untuk membuat telur asin, namun sekarang mereka dirumahkan.

"Semua sektor usaha kena dampaknya, termasuk perajin telur asin. Bahkan tidak sedikit yang terpaksa tutup," kata Nani.

Untuk meringankan beban bagi warga yang terdampak, Nani menambahkan, Pemkab telah menyalurkan bantuan berupa sembako.



Simak Video "Video: Parahnya Bencana Tanah Bergerak di Sirampog Brebes, 112 Rumah Rusak"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads