Biasanya dalam sehari di luar suasana mudik, Didit mampu menjual 4000 butir. Sedangkan dalam suasana mudik dan balik lebaran, bisa tembus 15 ribu butir perhari.
Suasan pandemi, sambung Didit, menyebabkan turunnya omzet. Pada awal puasa, dia menambahkan, memproduksi 4000 butir telur asin untuk memenuhi kebutuhan warga. Karena jumlah pembeli turun, telur bikinannya ini tidak habis hingga munggu ke dua puasa.
"Kami pernah buat 4.000 butir. Dari awal puasa sampai minggu ke dua tidak habis. Terpaksa telur diobral Rp.1500 per butir dari harga normal Rp.3300," ungkapnya.
Ditemui terpisah, Nani Nuryati, Kabid UMKM Dinas Koperasi Usaha Menengah dan Perdagangan (Dinkumdag) Brebes, mengatakan, perajin telur asin adalah salah satu sektor usaha yang paling terdampak pandemi ini. Kebijakan PSBB dan larangan mudik, telah menyebabkan jumlah pembeli turun.
Dampak lain yang ditimbulkan adalah banyak perajin yang merumahkan pekerjanya. Seperti biasa, kata Nani, setiap menjelang hari raya banyak yang mencari tenaga kerja untuk membuat telur asin, namun sekarang mereka dirumahkan.
"Semua sektor usaha kena dampaknya, termasuk perajin telur asin. Bahkan tidak sedikit yang terpaksa tutup," kata Nani.
Untuk meringankan beban bagi warga yang terdampak, Nani menambahkan, Pemkab telah menyalurkan bantuan berupa sembako.
Simak Video "Video: Parahnya Bencana Tanah Bergerak di Sirampog Brebes, 112 Rumah Rusak"
[Gambas:Video 20detik]
(hns/hns)