Saat ini musim giling tebu telah dimulai di beberapa wilayah. Di musim giling ini, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding menargetkan produksi gula tembus 1 juta ton. Direktur Utama PTPN III Holding Mohammad Abdul Ghani mengatakan, target tersebut meningkat 200.000 ton dari angka produksi tahun lalu.
"Tahun ini hampir 1 juta ton, naik hampir 200.000 ton," kata Ghani dalam wawancara khusus dengan detikcom di kantornya, Jakarta, Rabu (3/6/2020).
Target produksi tersebut berasal dari total areal tanaman tebu milik PTPN (PTPN IX, X, XI, XII, XIV, II,VII) maupun milik petani tahun ini sekitar 168.000 hektare (Ha) dan diproyeksikan mampu menghasilkan tebu untuk digiling mencapai 12,2 juta ton. Target pencapaian produksi gula 1 juta ton dengan tingkat rendemen pada kisaran 8%, yang bersumber dari bahan baku tebu di Jawa, 84% berasal dari petani tebu rakyat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menjaga kestabilan harga gula ketika musim panen, Ghani mengatakan ada 2 skema yang disiapkan perusahaan pelat merah tersebut. Pertama, dengan menjual hasil produksi langsung ke ritel-ritel modern demi memotong rantai distribusi gula, kedua dengan menjual gula melalui kontrak jangka panjang.
"Kita perlu seimbang juga, mencari ekuilibrium. Artinya harga jual itu di sisi petani tetap menarik, di sisi konsumen tidak terlalu tinggi," papar dia.
Ke depannya, agar harga gula terus stabil sepanjang tahun di mana saat tidak ada panen harga tinggi, dan ketika panen harga dikhawatirkan anjlok, Holding Perkebunan akan meningkatkan produktivitas perusahaan dan juga petani rakyat.
"Sekarang kan beli gula mahal. Ke depan kita ingin PTPN menstabilkan harga di tingkat konsumen dengan meningkatkan produktivitas melalui perluasan areal, dan perbaikan tata kelola atau intensifikasi, memperbaiki pendapatan petani.Saya sedang melakukan restrukturisasi untuk gula PTPN tahun ini mudah-mudahan selesai, dan tahun depan kita bisa berkontribusi kepada negara. Artinya kita bisa diandalkan oleh negara untuk memenuhi kebutuhan gula nasional yang 3 juta ton," terang Ghani.
Menurut keterangannya, saat ini Holding Perkebunan memiliki areal tanam tebu sekitar 60.000 hektare (Ha), dan akan ditingkatkan menjadi 80.000 Ha dalam 5 tahun ke depan.
"Saya akan tambah paling tidak 80.000 Ha. Dari mana? Ada seperti Sumatera Utara itu kan yang dulu daerah-daerah yang digarap rakyat kita ambil alih. Kemarin kita kerja sama dengan aparat negara, dengan polisi, akhirnya kita kasih ganti rugi mereka, hampir 4.000 Ha kami ambil alih. Lalu seperti di Lampung, atau Sumatera Selatan, kemudian Jawa Tengah, Jawa Timur itu mungkin karetnya kita kurangi. Karena karet itu kan untuk ekspor, ekspor itu kan uang. Tapi gula kan kebutuhan dalam negeri, kan lebih bagus kita membela kebutuhan rakyat kan. Jadi kita akan konversi ke gula," urainya.
Begitu juga dengan areal tanam tebu yang menurutnya saat ini mencapai 125.000 Ha, ia menargetkan untuk ditingkatkan menjadi 200.000 Ha. Jika seluruh rencana tersebut tercapai, pihaknya juga menargetkan produktivitasnya ditingkatkan menjadi 8 ton per Ha.
"Sekarang kita masih 5,5 ton per Ha. Kalau di luar negeri itu 10 ton per Ha, kita nggak perlu 10 ton tapi 8 ton saja, itu kalau dikali 280.000 Ha kan sudah 2 juta ton. Itu baru PTPN, ada lagi RNI, swasta kecil. Katakanlah mereka bisa produksi 500.000 ton. Kan sudah 2,5 juta ton. Kebutuhan kita memang 3 juta, tapi kurang sedikit kan? Indonesia kalau belum swasembada, setidaknya, seharusnya mengurangi impor gula kalau kita mengembangkan teknologi, intensifikasi, saya optimistis bisa. Karena semua ada," tutup Ghani.
(fdl/fdl)