Sekitar 3 hari lagi tepatnya pada Senin, 8 Juni mendatang restoran-restoran mandiri di DKI Jakarta sudah diizinkan melayani makan di tempat atau dine-in. Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin mengatakan, para pengusaha saat ini sedang melatih seluruh pegawai untuk bertugas kembali.
Melayani pengunjung yang ingin makan di tempat atau dine in merupakan tantangan tersendiri. Pegawai restoran juga diberikan aturan terkait layanan dine in.
"Misalnya di restoran yang stand alone, bukan di mal, ada customer masuk, pakai thermo gun ternyata suhunya tinggi, di atas 37,3 derajat celcius. Misalnya 37,5 derajat saja cuma lebih tinggi 0,2 derajat. Nah bagaimana cara bicara untuk nggak ke tempat kita, bagaimana menghadapi customer supaya nggak sakit hati. Jadi kalau customer sakit bagaimana menghadapinya, dan apa yang harus dilakukan kalau customer sakit," terang Emil kepada detikcom, Jumat (5/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam memeriksa kondisi pengunjung untuk mematuhi protokol kesehatan, pihak restoran juga akan mencatat identitas pengunjung yang sakit agar masuk ke daftar orang dalam pengawasan (ODP).
"Kami didaerah tertentu sudah ada kerja sama, kalau mal sudah kerja sama dengan rumah sakit mana, puskesmas mana, untuk dirujuk ke sana. Tapi kemungkinan customer nggak mau, dia langsung pulang. Kalau dia pulang kita catat nomornya, namanya, supaya jadi ODP dia, dalam pengawasan," papar dia.
Menurutnya, protokol pencegahan ini harus diterapkan dengan tegas. Pasalnya, nasib restoran juga dipertaruhkan jika nantinya ada pengunjung yang sakit. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pengusaha memastikan para pegawainya sehat dan aman untuk bertugas,
"Kita harus melindungi karyawan dengan benar dan itu benar-benar kita lebih strict. Jadi sekarang karyawan lagi di-training, supaya mereka aware karena ini melindungi diri mereka sendiri. Jangan sampai ada customer yang sakit di tempat kita. Apalagi zaman sosial media begini, kalau customer sakit di tempat kita, ya tempat kita yang rusak. Jadi karyawan terus dilatih bagaimana kebersihannya," terang Emil.
Ia menegaskan, setiap restoran anggota PHRI yang buka kembali akan menerapkan protokol kesehatan yang mengacu pada World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sehingga dalam pembukaan kembali ini operasional bisa berjalan dengan aman dan lancar.
"Kita juga punya target jangan sampai restoran dibuka, lalu ditutup lagi gara-gara naik penyebarannya. Tapi sebenarnya penularan itu kalau di mal, di restoran itu kemungkinannya kecil, karena kita lebih awas. Dari petugas mal, restoran lebih awas. Yang khawatir yang di luar itu, misalnya di pasar tradisional, di keramaian yang tidak terkendali," pungkas Emil.
(ara/ara)