Kata Pakar soal Heboh Perebutan Nama Bensu di Bisnis Ayam Geprek

Kata Pakar soal Heboh Perebutan Nama Bensu di Bisnis Ayam Geprek

Trio Hamdani - detikFinance
Senin, 15 Jun 2020 07:30 WIB
Street Food of Indonesia Chiken Ayam Geprek
Ilustrasi/Foto: iStock

Dia menyarankan agar kedua belah pihak berdamai dan bekerja sama kembali seperti dulu, mengingat bisnis mereka sudah berkembang dengan baik. Sayang bila harus berujung konflik.

"Sebetulnya sayang kalau gini kan ya. Memang tambah terkenal secara brand (setelah heboh di masyarakat) tapi kan efeknya nggak bagus untuk kedua belah pihak," kata dia saat dihubungi detikcom, Minggu (14/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika kedua pihak tidak mau berdamai, justru akan merugikan bisnis mereka masing-masing.

"Nah saya pikir lebih baik damai lah, bersatu lagi. Ini kan bensu kalau bisa bersatu kan bagus untuk kedua belah pihak. Dan untuk Yangcent ya ngalah dikit lah, sekarang sudah terkenal, ini sudah jadi dua (pecah kongsi), nanti lost-lost lho (sama-sama rugi). Harus dibikin win-win lah kalau menurut saya," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Terlepas dari konflik siapa yang berhak atas nama tersebut, Hermawan melihat Yangcent adalah orang yang lebih dulu menyadari peluang dari bisnis ayam geprek tersebut.

"Saya mau netral ya, Yangcent yang menemukan bahwa customer mulai senang ayam geprek dan ini peluang toh, kalau seorang entrepreneur itu kan melihat peluang. Nomor dua dia mengambil risiko, bukan menghindari risiko. Terus ketiga bisa kerjasama dengan orang," kata dia.

Namun di dalam kerja sama keduanya kala itu, mungkin Ruben Onsu merasa ada ketidakadilan sehingga pecah kongsi dan mendirikan Geprek Bensu. Hermawan menilai sebenarnya hal tersebut bisa dibicarakan dengan baik-baik.

"Percuma tuntut-tuntutan bisa sampai ke Mahkamah Agung, mau kemana lagi?," tambahnya.


(toy/eds)

Hide Ads