Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menjelaskan, membuat keseimbangan primer menjadi positif pun membutuhkan waktu yang lama.
"Pak Menteri Bappenas tadi kalau sebagai menteri keuangan beliau itu namanya hawkish, karena minta primary balance segera di nol kan, itu nanti terjadi puting beliung, karena nanti belanja akan merosot tajam atau pendapatan naik drastis," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah akan menjadikan postur APBN sebagai momentum pemulihan ekonomi nasional yang meneruskan program di 2020.
"Kami akan lakukan secara bertahap agar ekonomi bisa lakukan adjustment dalam waktu 2-3 tahun ke depan, sebelum kita bisa menyehatkan APBN secara penuh lagi," ungkapnya.
Berikut gambaran postur APBN 2021, penerimaan negara yang ditarget 9,90-11% terhadap PDB, penerimaan dari perpajakan sekitar 8,25-8,69%. Sementara dari PNBP sekitar 1,60-2,30%, dan hibah antara 0,05-0,07% terhadap PDB.
Sedangkan belanja negara ditarget sebesar 13,11-15,17%, dengan rincian belanja pusat berkisar antara 8,81-10,22%, sementara anggaran transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) sekitar 4,30-4,85% terhadap PDB.
Dengan begitu, maka defisit APBN 2021 sebesar 3,21-4,17% dengan keseimbangan primer negatif 1,24 sampai negatif 2,07%. Sementara rasio utang meningkat menjadi antara 36,67-47,97% terhadap PDB.
Simak Video "Video: Sri Mulyani Sebut APBN Bulan Mei Defisit Rp 21 T"
[Gambas:Video 20detik]
(hek/fdl)