Sementara pengamat ekonomi Piter Abdullah Redjalam mengatakan dampak lanjutan dari pertumbuhan ekonomi yang negatif adalah rendahnya daya beli masyarakat atau tingkat konsumsi rumah tangga.
"Jadi penurunan konsumsi yang antara lain diakibatkan oleh masyarakat yang kehilangan income. Terkena PHK di tengah wabah menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi," kata Piter.
"Wabah yang menyebabkan terbatasnya aktivitas ekonomi sehingga terjadi PHK, pengangguran, peningkatan kemiskinan," tambahnya.
Oleh karena itu, dikatakan Bhima pemerintah harus meningkatkan anggaran penanggulangan dampak COVID-19 khususnya bantuan kepada masyarakat terdampak. Misalnya mengimplementasikan universal basic income atau jaminan pendapatan masyarakat seperti yang dilakukan Amerika Serikat (AS).
Peningkatan jumlah anggaran stimulus ini nantinya berlaku bagi masyarakat miskin dan kelas menengah rentan miskin yang jumlahnya sekitar 115 juta orang.
"Kedua, percepat realisasi bantuan untuk UMKM. Ini sedih sekali stimulus untuk UMKM belum ada 1% yang terealisasi. Kan rendah sekali itu. Idealnya sudah 40-50% yang dicairkan. Jadi speed atau kecepatan dari birokrasi perlu ditambah," ujarnya.
"Hilangkan ego sektoral dan sekat kepentingan pusat dan daerah. Semakin kuat UMKM recovery maka serapan tenaga kerja juga bisa meningkat. Apalagi UMKM kan yang menampung korban PHK di sektor formal," tambah dia.
(hek/hns)