Pandemi Corona Bikin 'Buyar' Rencana Ekonomi Pemerintah

Pandemi Corona Bikin 'Buyar' Rencana Ekonomi Pemerintah

- detikFinance
Sabtu, 04 Jul 2020 21:40 WIB
Rencana penerapan new normal membawa harapan baru bagi perekonomian Indonesia. Penerapan new normal dipandang sebagai upaya adaptasi di tengah pandemi COVID-19.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan tugasnya sebagai Menkeu di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini jauh berbeda ketika ia menjabat sebagai Menkeu di tahun 2005 (masa pemerintahan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono/SBY).

"Sekarang saya kembali lagi menjadi menteri keuangan dalam situasi tantangan berbeda," kata Sri Mulyani dalam peluncuran dan bedah buku Terobosan Menghadapi Perlambatan Ekonomi, Sabtu (4/7/2020).

Ia mengatakan, di era Jokowi, pemerintah sedang gencar-gencarnya menggarap program kerja yang begitu banyak misalnya membangun industri 4.0, berbagai infrastruktur, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia, dan sebagainya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang kita berbicara tentang industrial 4.0. Waktu saya kembali semua orang excited untuk berbicara tentang ekonomi digital, digitalisasi, transformasi terhadap artificial intelligent, robotisasi. Kita sedang sibuk untuk membangun yaitu pilar-pilar SDM-nya harus diperbaiki, lingkungan investasi harus dipermudah, kebijakan perdagangan harus kompetitif, produktivitas harus naik, infrastruktur harus dikejar," jelas Sri Mulyani.

Namun, ketika pandemi virus Corona (COVID-19) datang, pemerintah layaknya mendapat kejutan sehingga berbagai proses yang tengah dilakukan pemerintah menjadi 'buyar'.

ADVERTISEMENT

"Lagi kita sibuk begitu, kita tiba-tiba kena shock COVID-19 ini. Ini juga merubah dan me-reset semuanya," ungkap mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Ia mengatakan, kebijakan yang harus dibuat pemerintah di tengah pandemi Corona ini adalah hal baru tanpa ada contoh yang bisa dijadikan teladan atau precedents bagi pemerintah.

"COVID-19 bisa dikatakan extraordinary dan unprecedented. Karena precedent-nya adalah 100 tahun yang lalu. Dan saya nggak tahu bagaimana kebijakan fiskal 100 tahun yang lalu. Yang jelas Indonesia 100 tahun yang lalu masih dalam penjajahan Belanda," imbuh dia.

Namun, ia mengatakan pandemi Corona ini menyadarkan dirinya bahwa segala pengalaman yang dimiliki belum tentu bisa menjadi solusi untuk suatu kejadian baru dan datang tiba-tiba.

"Jadi tantangan itu saya menganggap dengan pengalaman yang saya miliki, saya selalu merasa bahwa kita itu harus terus-menerus constantly humble dan memiliki humility. Kita rendah hati dan kemampuan untuk terus merasakan ternyata even dengan pengalaman yang banyak pun, kita tahu akan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang kadang-kadang tidak pernah ada precedents-nya," tutup Sri Mulyani.




(Vadhia Lidyana/fdl)

Hide Ads