Peringkat Ketahanan Pangan RI Naik karena Impor?

Peringkat Ketahanan Pangan RI Naik karena Impor?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 14 Jul 2020 12:56 WIB
Gula menjadi salah satu bahan pangan pokok yang diimpor pemerintah. Impor itu dilakukan untuk menjaga pasokan harga dan pasokan menjelang Ramadhan 2020.
Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus pengamat pertanian Dwi Andreas Santosa membeberkan indeks ketahanan pangan Indonesia yang meningkat. Andreas mengatakan, pada tahun 2015 indeks ketahanan pangan Indonesia berada di ranking ke-75 dari 113 negara, dan naik jadi ke-62 di tahun 2019 dari 113 negara.

Sayangnya, menurut Andreas kenaikan peringkat tersebut disebabkan oleh maraknya impor pangan.

"Mengapa posisi kita naik? Amat sangat disayangkan, karena kenaikan impor pangan kita. Sekali ketahanan pangan itu tidak memperdulikan dari mana pangan berasal," kata Andreas dalam program Market Review IDX Channel, Selasa (14/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengungkapkan, impor komoditas pangan di Indonesia melonjak drastis dari tahun 2014 hingga tahun 2018.

"Impor pangan kita melonjak dari 22 juta ton, hanya 8 komoditas saja pada 2014. Kemudian melonjak jadi 27 juta ton, hampir 28 juta ton di tahun 2018, atau lonjakan hampir 6 juta ton hanya dalam tempo relatif singkat," ungkap Andreas.

ADVERTISEMENT

Sementara, pada tahun 2019 angka impor dapat ditekan namun relatif sangat kecil. Ia pun mewanti-wanti pemerintah terkait impor komoditas pangan ini.

"Presiden Jokowi mengatakan tekan impor, tekan impor, kemudian turun dikit di 2019. Dalam arti perbaikan ketahanan pangan tertopang oleh impor dan ini relatif bahaya untuk Indonesia karena kita ingat 2011 ketika terjadi Arab Spring itu karena ketahanan pangan mereka sangat lemah, terutama dari produksi dalam negeri," paparnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau yang akrab disapa dengan Buwas mengatakan ketersediaan pangan dalam negeri masih dalam posisi yang cukup karena produksi yang baik.

"Soal pangan di negara-negara lain itu memang membatasi ekspor pangannya (akibat pandemi COVID-19), tapi di Indonesia menurut saya jangan terlalu khawatir. Karena cuaca dan produksi kita juga tidak seekstrem prediksi-prediksi di luar negeri. Sampai hari ini, yang tadinya kita prediksi sudah tidak ada panen, ternyata hari ini masih banyak panen di beberapa wilayah negara kita," terang Buwas.

Buwas menilai, Indonesia harus optimistis dengan ketahanan pangannya melihat kondisi yang ada sampai sekarang beberapa wilayah masih panen khususnya untuk padi.

"Di beberapa wilayah Indonesia hari ini sudah mulai tanam untuk musim tanam berikutnya. Berarti kan tiga bulan lagi kita akan melakukan panen lagi, di luar wilayah-wilayah yang masih produksi. Jadi kekuatan pangan kita masih stabil, seperti yang diprediksi BPS dan Menteri Pertanian. Jumlah beras kita banyak sampai hari ini, baik di pasaran maupun yang ada di Bulog. Kita masih ada 142 juta ton yang ada di gudang Bulog dan tersebar di seluruh Indonesia termasuk di pasar-pasar," pungkas mantan Kabareskrim tersebut.




(ara/ara)

Hide Ads