Ketua Bidang UKM Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Handito Joewono mengusulkan kepada pemerintah untuk membangun pusat logistik di Australia. Pusat logistik ini nantinya akan menampung serta mendistribusikan produk UMKM nasional yang akan diekspor ke sana.
"Waktu raker beberapa lalu ada usulan perlunya pusat logistik di beberapa wilayah, kita lagi memikirkan bagaimana kita bikin pusat logistik entah di Sydney atau di mana," kata Handito dalam acara webinar implementasi IA-CEPA yang riil bagi UMKM Indonesia, Jakarta, Selasa (14/7/2020).
Handito menilai pembangunan pusat logistik di Australia ini memudahkan pendistribusian produk tanah air yang masuk ke sana dibandingkan masuk secara individu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi itu, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan akan mengkaji terlebih dahulu usulan tersebut. Dirinya mengaku akan melihat secara keseluruhan isi kesepakatan IA-CEPA yang berlaku pada 5 Juli 2020.
Menurutnya, jika dalam kesepakatan tersebut diperbolehkan maka hal tersebut bisa direalisasikan.
"Soal logistik, kalau itu saya harus coba tegaskan kembali, lihat SOP dan regulasinya, karena kita pembangunan pusat logistik, nanti Pak Dirjen bisa menjelaskan. Kalau prinsipnya bisa lebih efisien why not, ini kan political will dari semua pihak, dan saya pikir kalau sesuai ketentuan why not," kata Jerry.
Sementara Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN), Kasan mengatakan secara prinsip Kementerian Perdagangan mendukung usulan tersebut. Dirinya pun akan meminta masukan dari pelaku usaha nasional baik yang di dalam negeri maupun di Australia.
"Gagasan untuk pembentukan Indonesia trading house, ini kita dukung, implementasinya seperti apa dari Jakarta maupun teman-teman di Australia. Kita juga sudah komunikasi dengan pengusaha itu," ujar Kasan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman mengatakan kesepakatan IA-CEPA berpotensi meningkatkan kinerja ekspor tanah air. Dia pun mendukung usulan pembangunan pusat logistik di Australia.
Melalui pusat logistik ini, kata Adhi akan memudahkan Indonesia juga mendapat asupan bahan baku dan memproduksinya menjadi barang bernilai tambah lalu diekspor kembali ke Australia.
"Saya dukung yang warehouse ini, termasuk inovasi mendirikan namanya Indonesia Trading enter, dan ini akan mendapat dukungan, sehingga kita harapkan dapat dukungan dari Australia memproduksi di sini dan mengembalikan ke Australia dan memanfaatkan jaringan Australianya," kata Adhi.
(hek/eds)