'Hantu' Resesi Bergentayangan, RI Perlu Penangkal Apa?

'Hantu' Resesi Bergentayangan, RI Perlu Penangkal Apa?

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 16 Jul 2020 06:30 WIB
resesi ekonomi
Foto: Luthfy Syahban/Tim Infografis
Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II atau April-Juni 2020 diproyeksikan banyak pihak akan negatif. Jika hal itu benar terjadi dan berlanjut hingga kuartal III maka Indonesia memasuki jurang resesi ekonomi.

Ada beberapa tanda atau indikasi yang dapat dirasakan oleh masyarakat ketika perekonomian Indonesia mendekati jurang resesi. Menurut Menurut Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, yang mudah dirasakan adalah menurunnya pendapatan masyarakat.

"Secara umum banyak sekali pendapatan masyarakat yang memang turun drastis dan belum pulih. Nah kondisi yang belum pulih ini ditandai oleh apa? misalnya mereka sekarang masih susah mendapatkan lapangan pekerjaan baru, itu yang jelas," kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (15/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu yang kedua adalah laju pemutusan hubungan kerja (PHK) masih berlanjut, serta belum adanya kepastian kapan pekerja yang dirumahkan bisa mulai kembali bekerja. Indikasi yang ketiga adalah bantuan soslal (bansos) kepada masyarakat masih terus berlanjut.

Hal senada disampaikan oleh Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet. Menurut dia tanda-tanda Indonesia mendekati ancaman resesi adalah menurunnya daya beli masyarakat.

ADVERTISEMENT

"Kalau masyarakat menengah ke bawah, resesi itu bisa jadi ditandai dengan pendapatan yang semakin berkurang, dan kemudian mereka harus menggunakan tabungan untuk misalnya memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nah itu menurut saya salah satu indikasi kuat bahwa daya beli masyarakat sedang berkurang," jelasnya.

Sementara untuk kelas menengah ke atas tanda-tandanya agak berbeda. Mereka cenderung menahan pengeluaran untuk investasi dan memilih menyimpannya.

Lalu apa dampaknya jika terjadi resesi di Indonesia? Baca di halaman selanjutnya.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menjelaskan bahwa jika Indonesia mengalami resesi bisa meningkatkan kriminalitas.

"Kalau seandainya (ancaman resesi) tidak diselesaikan dalam waktu cepat, misalnya masalah kriminalitas yang meningkat itu bukan tidak mungkin juga bisa terjadi dengan adanya resesi," kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (15/7/2020).

Mengapa kriminalitas bisa meningkat ketika resesi? Sebab kondisi tersebut bakal membuat penciptaan lapangan kerja berkurang. Nah, itu akan membuat pendapatan masyarakat semakin menurun. Ujungnya mereka akan masuk ke kategori masyarakat miskin.

"Jadi dampak buruknya ada potensi penambahan jumlah pengangguran, kemudian meningkatnya angka kemiskinan dan ada dampak-dampak yang sebenarnya terlihat dampak sosial non ekonomi," sebutnya.

Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad pun sependapat bahwa resesi ekonomi akan menyebabkan lonjakan masyarakat miskin. Akan banyak pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat resesi.

"Yang jelas adalah kemiskinan akan meningkat cukup tajam. Nah ini kan agak berat, kemiskinan ini kan ditandai oleh orang yang pendapatannya turun banyak itu mulai terjadi lebih lama dari biasanya," ujarnya.

Bagaimana mencegah resesi di dalam negeri? Klik halaman selanjutnya.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah justru menilai resesi tidak bisa terhindarkan. Dia memperkirakan ekonomi Indonesia akan kembali minus di kuartal III-2020.

"Kuartal III diperkirakan akan kembali minus, artinya kita akan benar-benar masuk ke periode resesi," ujarnya kepada detikcom, Rabu (15/7/2020).

Namun Piter menegaskan resesi sebenarnya merupakan hal yang wajar dalam sebuah siklus ekonomi. Ibarat roda, resesi adalah posisi ketika ekonomi sedang di bawah. Apalagi penyebabnya bukan karena kebijakan pemerintah yang salah, melainkan karena pandemi.

Nah yang harus ditakutkan justru berkembangnya resesi ini menjadi sebuah krisis seperti depresi. Maka, jika IMF bilang akan lebih parah dari the Great Depression, maka ini patut diwaspadai.

"Ini bukan sesuatu yang sangat buruk, yang penting tidak terjadi krisis. Artinya dunia usaha masih bisa bertahan tidak collapse, demikian juga dengan sektor keuangan," tambahnya.

Untuk menahan kelanjutan resesi menjadi depresi tentu harus ada yang dilakukan pemerintah. Salah satunya dengan menjaga dunia usaha. Pemerintah pun sudah menyiapkan sederet stimulus untuk dunia usaha.



Simak Video "Pesan Jokowi ke Pemerintah yang Baru: Hati-hati Mengelola Negara"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads