Faisal Basri Bicara Peluang Resesi di RI, Apa Katanya?

Faisal Basri Bicara Peluang Resesi di RI, Apa Katanya?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Sabtu, 18 Jul 2020 16:00 WIB
Ekonom dan politikus
Foto: Muhammad Ridho
Jakarta -

Sinyal resesi mulai diwaspadai melihat apa yang sudah terjadi di Singapura. Pertumbuhan ekonomi Singapura pada kuartal I-2020 mengalami kontraksi hingga 2,2% secara tahunan atau year on year (yoy). Lalu, pada kuartal II tahun ini ekonomi Singapura terperosok dan mengalami kontraksi hingga 41,2%.

Meski begitu, Ekonom Senior Indef Faisal Basri menilai Indonesia tak akan terjun ke jurang resesi layaknya Singapura.

"Apakah Indonesia bakal mengalami derita sangat dalam seperti Singapura? Insyaallah tidak," kata Faisal dikutip dari blog resminya, Sabtu (18/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, resesi ekonomi menimpa Singapura karena perekonomiannya memang bergantung pada kondisi ekonomi global, yang berpengaruh pada ekspor-impornya. Sebagai penghubung ke negara-negara lain atau HUB, peranan ekspor barang dan jasa dalam produk domestik bruto (PDB) di Singapura sangat tinggi, bahkan juah lebih besar dari PDB, yaitu 174%. Di tengah pandemic COVID-19 ini, tentunya Singapura juga menjadi yang terdepan menelan dampak negatifnya.

Sementara itu, peranan ekspor barang dan jasa di Indonesia relatif rendah dan jauh lebih rendah dari Singapura, yakni 18,4%. Kemudian, peranan impor hampir sama dengan peranan ekspor, yaitu 18,9%. Menurut Faisal, kondisi ini justru menyelamatkan Indonesia dari gejolak perekonomian global.

ADVERTISEMENT

"Kebetulan juga impor merosot lebih dalam dari impor. Jadi kemerosotan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) justru positif buat pertumbuhan ekonomi sehingga memberikan sumbangsih dalam meredam kemerosotan pertumbuhan," terangnya.

Ia bahkan berbicara peluang Indonesia menghindari ancaman resesi. Ia mengatakan, tumpuan Indonesia agar terhindar dari krisis lebih dalam adalah belanja pemerintah dan menahan laju penurunan konsumsi rumah tangga yang merupakan penopang utama perekonomian dengan sumbangan dalam PDB sebesar 57%.

"Investasi yang merupakan penyumbang terbesar kedua tidak bisa diandalkan karena dunia usaha fokus mempertahankan produksi yang ada. Berbagai macam bantuan kepada masyarakat yang rentan dari dampak COVID-19 berupa bantuan langsung tunai, Program Keluarga Harapan (PKH) yang yang dinaikkan nilai bantuannya dan diperluas jumlah penerimanya serta paket bantuan lainnya sungguh sangat membantu menopang daya beli masyarakat," urainya.

Secara keseluruhan, ia menegaskan kondisi perekonomian Indonesia tak separah Singapura.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif pada triwulan I-2020. Hampir bisa dipastikan pada triwulan II-2020 akan mengalami kontraksi. Kalau COVID-19 bisa segera dijinakkan, kita berpeluang tidak mengalami resesi karena pertumbuhan triwulan III-2020 masih ada kemungkinan positif kembali. Namun, separah-parahnya tekanan yang bakal kita hadapi, agaknya resesi tidak akan sedalam Singapura dan beberapa negara tetangga. Masih ada waktu menyiapkan beragam amunisi," pungkasnya.



Simak Video "Suasana Rumah Duka Faisal Basri yang Dipenuhi Karangan Bunga"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads