Dari Perang Dagang, Persaingan AS-China Berlanjut ke Mars

Dari Perang Dagang, Persaingan AS-China Berlanjut ke Mars

Trio Hamdani - detikFinance
Minggu, 26 Jul 2020 10:33 WIB
U.S. President Donald Trump attends a bilateral meeting with Chinas President Xi Jinping during the G20 leaders summit in Osaka, Japan, June 29, 2019. REUTERS/Kevin Lamarque
Foto: Reuters
Jakarta -

Rivalitas antara Amerika Serikat (AS) dan China tak ada habisnya. Dari perang dagang, persaingan dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu berlanjut hingga luar angkasa.

Mengutip CNN, Minggu (26/7/2020), kedua negara meluncurkan misi ke planet merah dan menyiapkan arena baru untuk persaingan mereka yang semakin meningkat.

China Tianwen-1 meluncur sekitar tengah hari Kamis dari Pulau Hainan di selatan negara itu, sementara penjelajah NASA's Perseverance dijadwalkan akan diluncurkan pada 30 Juli. Kedua pesawat itu diperkirakan akan mencapai Mars pada Februari 2021.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perseverance milik Nasa bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang potensi kehidupan di Mars, termasuk mencari tanda-tanda kondisi layak huni di masa lalu planet kuno tersebut dan mencari bukti kehidupan mikroba. Dia memiliki bor yang dapat digunakan untuk mengumpulkan sampel inti dari batu dan menyisihkannya untuk dikumpulkan dan diperiksa oleh misi kemudian.

Jika berhasil, Perseverance akan menjadi wahana ketujuh NASA yang mendarat di Mars, dan penjelajah keempat. Curiosity, yang mendarat di planet merah pada 2012, masih mengirim kembali data tentang permukaan Mars.

ADVERTISEMENT

Tianwen-1, yang namanya berarti "Quest for Heavenly Truth," adalah misi pertama China ke Mars. Probe akan mengorbit planet ini sebelum mendarat di permukaan, dengan harapan bahwa dia dapat mengumpulkan informasi penting tentang tanah Mars, struktur geologi, lingkungan, atmosfer, dan mencari tanda-tanda keberadaan air.

Dalam sebuah makalah minggu lalu, tim ilmiah di belakang Tianwen-1 mengatakan penyelidik itu akan mengorbit, mendarat dan melepaskan bajak pada percobaan pertama, dan mengoordinasikan pengamatan dengan pengorbit. Tidak ada misi planet yang pernah dilaksanakan dengan cara ini.

Sebaliknya, NASA mengirim beberapa pengorbit ke Mars sebelum mencoba melakukan pendaratan. Melakukan pendaratan adalah tugas yang jauh lebih sulit.

"Jika berhasil, itu akan menandakan terobosan teknis besar," tulis tim China dalam jurnal Nature.

Di bawah Presiden Xi Jinping, China telah menginvestasikan miliaran dolar untuk membangun program luar angkasanya.

Selain misi Mars, Beijing juga berencana untuk meluncurkan stasiun ruang angkasa permanen pada tahun 2022, dan sedang mempertimbangkan untuk mengirimkan wahana berawak ke Bulan mungkin pada tahun 2030-an.

"Tujuan keseluruhan kami adalah bahwa, sekitar tahun 2030, China akan menjadi salah satu kekuatan antariksa utama dunia," kata Wu Yanhua, wakil kepala Administrasi Luar Angkasa Nasional, pada 2016.



Simak Video "Video: Warga China Yakin AS Tak Akan Menang Perang Dagang Lewat Kebijakan Tarif"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads