Salah satu smelter lokal yang berada di Pulau Obi, Harita Nickel, diproyeksikan akan menjadi pemain penting dalam industri bahan baku utama untuk mobil listrik tersebut.
Penyelesaian smelter hidrometalurgi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di sana juga terus berlanjut meski di tengah pandemi. Menko Luhut pun menyampaikan bahwa ia mendukung semua perusahaan smelter dan tidak ada perlakuan yang berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nikel ini dulu kita hanya ekspor kira kira nilainya US$ 612 juta setahun, tapi sekarang kita sudah ekspor US$ 6,24 miliar setelah menjadi stainless steel slab," ujarnya.
Baca juga: Luhut Mau Tawarkan 'Harta Karun' RI ke AS |
Selama periode 2015-2019, total investasi di hilirisasi tambang sudah mencapai US$ 40 miliar. Ekspor besi dan baja sendiri bisa menembus angka US$ 9 miliar. Sedangkan untuk sektor nikel, nilai ekspornya sudah mencapai US$ 14 miliar. Sektor ini akan sangat berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia ke depan.
Ke depan Indonesia akan menjadi pemain penting dalam peta industri mobil listrik dunia. Hal ini merupakan bentuk komitmen Indonesia untuk mencapai Paris Agreement pada 2030.
Paris Agreement merupakan kerangka kebijakan jangka panjang bagi negara-negara untuk mengurangi emisi karbon. Pada tahun itu, Eropa akan mewajibkan semua kendaraan berbasis listrik, dan melarang energi fosil.
"Itu kan tinggal 10 tahun lagi. Itu yang kita targetkan. Pada 2025-2027 juga mereka mulai terapkan berapa puluh persen harus pakai mobil listrik. Kita pun secara bertahap akan mengarah ke sana," kata Luhut.
Simak Video "Video Luhut: Saya Saksi Hidup, Jokowi Tak Langgar Konstitusi Selama Jabat Presiden"
[Gambas:Video 20detik]
(Herdi Alif Al Hikam/dna)