Vaksin COVID
Sebelum pandemi COVID-19, Turki telah mengembangkan sebuah platform khusus di bawah koordinasi Kementerian Industri dan Teknologi Turki, melalui TUBITAK Genetic and Biotechnology Institute. Direktur TUBITAK, Prof. Dr. Hasan Mandal, menginformasikan dalam paparannya bahwa saat ini Turki telah melakukan riset dan pengembangan terhadap 8 model vaksin dan 10 obat yang di antaranya 2 vaksin telah selesai proses percobaan pada hewan (animal testing), selebihnya sedang proses dan akan menuju animal testing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terhadap 2 vaksin COVID-19 yang telah selesai pada tahapan animal testing, TUBITAK Turki saat ini sedang menunggu izin dari Kementerian Kesehatan Turki untuk dapat memasuki tahapan clinical testing.
"Turki saat ini berada dalam urutan ke-3, setelah Tiongkok dan Amerika Serikat, sebagai kandidat negara dengan angka total kandidat vaksin tertinggi di dunia, berdasarkan data publikasi WHO per 24 Juli 2020," jelas Menteri Mustafa Varank.
Indonesia diketahui saat ini akan segera memasuki tahapan clinical testing melalui kolaborasi dengan Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman dan PT Bio Farma dengan produk Sinovac dan Sinopharm.
Kemenristek menyebutkan ada potensi besar untuk kolaborasi antara Indonesia dan Turki untuk pengembangan vaksin COVID-19 dengan menggandeng LBM Eijkman, PT Bio Farma, dan TUBITAK.
Pengembangan Teknologi Ruang Angkasa
Direktur Turkish Space Agency, Serdar Huseyin Yildirim, dalam paparan singkat menginformasikan bahwa Turki memiliki teknologi satelit yang sangat maju di kawasan dengan tiga kategori aktivitas satelit di antaranya satelit komunikasi, observasi bumi, dan satelit saintifik atau eksperimental.
Sampai saat ini terdapat 9 satelit komunikasi, 7 satelit observasi bumi, dan 6 satelit untuk eksperimentasi. Sementara sejumlah 3 satelit masing-masing di antaranya sedang dalam tahapan pengembangan.
Indonesia melalui LAPAN tengah menjalankan proyek pembangunan Bandara Antariksa pertama di Biak yang sedang dalam tahap pengkajian oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Bambang menjelaskan bahwa pemilihan lokasi di Biak, dikarenakan wilayah ini paling dekat dengan ekuator, pada titik satu derajat LS dan berhadapan dengan Samudera Pasifik.
Lebih lanjut Bambang menyambut baik ketertarikan Turki dalam proyek pembangunan bandara antariksa ini, dan mengharapkan Indonesia dapat melakukan joint collaboration dengan Turki untuk dapat mengembangkan level bandara angkasa ini dari nasional menjadi internasional.
Di samping itu, BPPT menginformasikan pengembangan kerja sama dengan Turki dalam bidang UAV dan perkeretaapian, yang juga merupakan bidang-bidang yang potensial untuk dikembangkan bersama.
Simak Video "Video: Turki Bakal Denda Penumpang yang Berdiri Sebelum Pesawat Berhenti"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/ara)