Pandemi virus Corona (COVID-19) yang sudah berlangsung di Indonesia selama hampir 5 bulan masih menjadi momok bagi perekonomian. Hal itu pun dinilai oleh mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo sebagai kondisi yang memprihatinkan.
"Pandemi COVID-19 ini bisa dikatakan untuk seluruh masyarakat Indo dan dunia semuanya prihatin. Saat ini masyarakat, khususnya di 3 bulan pertama, kita diminta untuk tinggal di rumah, bekerja dari rumah, sekolah dari rumah, dan semua kegiatan-kegiatan yang ekonominya dibatasi, sosial masyarakatnya dibatasi. Dan ini membuat suatu kondisi yang kita tidak pernah bayangkan," kata Agus dalam webinar 'Ekonomi Indonesia di Ambang Resesi, Apa Solusinya'?, Senin (3/8/2020).
Melihat dampak Corona yang sudah dirasakan terutama dari segi ekonomi, Agus pun teringat krisis ekonomi yang pernah dialami Indonesia pada tahun 1965-1966.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Krisis pertama itu di tahun 1965-1966 yang pada saat itu kondisi dari sosial, politik, ekonomi kita betul-betul dalam kondisi yang memprihatinkan. Bahkan secara ekonomi kita tahu di tahun 1965 itu inflasi mencapai 594%. Tahun 1966 mencapai 635%. Kondisi sangat berat, dan untuk memulihkan ekonomi, sosial, dan politik memerlukan waktu," urainya.
Begitu juga dengan krisis moneter di tahun 1997-1998. "Di tahun 1997-1998 kita kembali kena krisis, dan krisisnya pun besar sekali. Pada saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai minus 13%, inflasi 82%. Nilai tukar dari Rp 2.500 per US$ 1, melemah sampai ke tingkat tertinggi, Rp 17.000 per US$1," jelas dia.
Ia pun memproyeksikan krisis yang hampir sama kembali terjadi di tahun 2020 akibat pandemi COVID-19 ini.
"Krisis yang kita alami di tahun 1965-1966, lalu di tahun 1997-1998 mungkin di tahun 2020 ini kita kembali mengalami krisis. Dan krisis ini sudah kita alami selama 5 bulan paling tidak, adalah krisis yang sangat memprihatinkan," tutur Agus.
Baca juga: Uni Eropa Sudah Resesi, Who Else? |
Di tingkat dunia, Agus juga khawatir kejadian depresi hebat pada perekonomian atau great depression yang pernah terjadi di tahun 1929-1939 kembali terulang.
"Mungkin kalau nanti kita lihat sejarah, kondisi yang kita alami ini sama dengan kondisi ketika ada depresi besar atau great depression tahun 1930-an. Ini akan menjadi bagian dari sejarah kemanusiaan," pungkasnya.
(zlf/zlf)