Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 akan mengalami kontraksi atau minus 4-6%. Adapun penyebab menurunnya performa ekonomi Indonesia itu ialah pandemi virus Corona (COVID-19) yang memberikan 'pukulan' sangat besar.
"Indonesia rata-rata pertumbuhan ekonomi 5 tahun 5%. Tapi di kuartal I-2020 sudah turun menjadi 2,97%. Padahal kita baru mengumumkan adanya COVID-19 awal Maret. Kita semua prediksi tekanan kepada masyarakat, sosial ekonomi akan membuat ekonomi di kuartal II-2020 tumbuh negatif. Kita melihat negatif 4-6%," kata Agus dalam webinar 'Ekonomi Indonesia di Ambang Resesi, Apa Solusinya'?, Senin (3/8/2020).
Meski begitu, ia melihat pemerintah sudah mengeluarkan upaya untuk mencegah dampak Corona lebih besar ke perekonomian dengan memperlebar defisit APBN 2020 karena menggelontorkan stimulus pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp 695,2 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Defisit tahun 2018-2019 tak pernah 2,6%. Sekarang 2020 untuk mendukung komitmen penyelamatan Indonesia, dari sisi kesehatan, keamanan, sampai dengan ekonomi kita telah membuka defisit APBN tadinya di 1,76% di tahun 2020, sekarang melonjak 6,34%," tutur dia.
Baca juga: Usai Libur Panjang, IHSG Dibuka Naik Turun |
Dengan stimulus yang digelontorkan sangat besar, Agus mengingatkan soal akuntabilitas yang harus diperhatikan dalam penyaluran dana tersebut.
"Kalau anggaran negara sebesar itu, akan dilakukan pencairan, namanya uang negara. Ini tak mudah. Memang disiplin anggaran, disiplin kas negara perlu dijaga, perlu berhati-hati. Dari jenis belanja dilakukan, belanja modal, barang, dan pegawai adalah belanja hibah. Kalau belanja hibah sosial dilakukan, akuntabilitas pencatatan administrasi relatif terbatas," ujar Agus.
Dalam kesempatan yang sama, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani meyakini di kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi RI pasti negatif. Namun, bagaimana dengan kuartal III-2020? Akankah Indonesia mengalami resesi?
Menjawab itu, menurut Aviliani semuanya tergantung pada belanja pemerintah atau penyaluran dana PEN. Jika dalam waktu 2 bulan pemerintah bisa menggelontorkan dana yang belum tersalurkan dengan cepat, maka RI berpeluang selamat dari jurang resesi.
"Triwulan II-2020 pasti negatif. Nah ini sampai Juli pemerintah masih kecil belanjanya. Apakah di Agustus-September bisa terkejar? Kalau bisa terkejar masih bisa (positif), meski rendah mungkin di 0,4%. Tapi itu juga masih jadi masalah. Dua bulan ini bisa nggak menyalurkan ratusan triliun? Jadi tergantung government spending, mungkin bisa nggak sampai resesi," tutup Aviliani.
(zlf/zlf)