3 Fakta Jepang Resesi Meski Tak Pernah Lockdown

3 Fakta Jepang Resesi Meski Tak Pernah Lockdown

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 18 Agu 2020 14:35 WIB
Peringati 75 tahun berakhirnya Perang Dunia II, Jepang janji tidak ulangi tragedi perang
Foto: BBC World
Jakarta -

Jepang menjadi salah satu negara yang sudah jatuh ke jurang resesi. Padahal, Negeri Matahari Terbit itu tidak melakukan lockdown total dalam menangani pandemi Corona.

Bahkan pemerintah Indonesia sempat memuji Jepang yang memilih untuk tidak lockdown. Sama halnya Indonesia yang menerapkan PSSB ketimbang lockdown.

Berikut tiga fakta mengenai resesi Jepang

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Ekonomi Minus Lagi

Ekonomi Jepang pada kuartal II-2020 kembali mengalami kontraksi -7,8% dibanding kuartal sebelumnya -2,2%. Sementara secara tahunan atau year on year (yoy), ekonomi kuartal II -27,8%.

ADVERTISEMENT

Penurunan aktivitas ekonomi itu tidak bisa dihindari karena pekerja dan konsumen memilih membatasi kegiatannya di luar meskipun tidak diterapkan lockdown.

"Kami mengalami pukulan besar pada bulan April dan Mei, tetapi ekonomi mencapai titik terendah pada bulan Mei, dan pada bulan Juni kami benar-benar mengalami rebound yang cukup besar," kata Kepala Ekonom Jepang di Bank of America Merrill Lynch, Izumi Devalier dikutip dari New York Times.

Lanjut ke halaman berikutnya.

2. Stimulus Sudah Digeber Habis-habisan

Meskipun masuk jurang resesi, pada akhir kuartal II-2020 efek penuh dari paket stimulus ekonomi sekitar 40% dari produk domestik bruto termasuk pemberian tunai dan pinjaman tanpa bunga sudah mulai terasa. Jepang diprediksi keluar dari resesi lebih cepat dari yang dipikirkan banyak orang.

Peningkatan tersebut sebagian besar didorong oleh berakhirnya keadaan darurat nasional negara itu pada akhir Mei, ketika pekerja mulai kembali ke kantor dan konsumen kembali ke toko, didukung oleh subsidi pemerintah.

"Kami mengalami rebound pembukaan kembali pada bulan Juni karena orang-orang mulai keluar dan berbelanja lagi. Pemberian uang tunai pada dasarnya diterima dari akhir Mei hingga Juni, jadi ketika ekonomi dibuka kembali, orang-orang memiliki uang tunai untuk dihabiskan," ucap Devalier.

Itu menjadi peningkatan tajam dalam penjualan ritel di bulan Juni. Produksi dan ekspor industri juga meningkat dan tingkat pengangguran negara itu benar-benar turun sepersepuluh poin menjadi 2,8% selama bulan yang sama.

Namun semua itu tergantung dari bagaimana negara itu mengendalikan virus Corona.

3. Kasus Corona Naik Lagi

Pada bulan Juni, saat jumlah virus rendah pemerintah pusat mulai kampanye untuk mendorong perjalanan domestik dengan harapan menghidupkan kembali pariwisata lokal dan ekonomi jasa yang hampir mati. Tetapi kasus baru meningkat lagi pada Juli.

Pemerintah Tokyo telah meminta restoran dan bar tutup pada pukul 10 malam setelah dilaporkan ada lebih dari 200 kasus baru sehari selama sebulan terakhir.

Hal itu membuat konsumen gelisah dan menghentikan peningkatan belanja yang terlihat di bulan Juni, sehingga rebound di kuartal III-2020 berisiko menjadi cukup lemah.



Simak Video "Situasi Sekolah di Jepang yang Terpaksa Tutup Imbas Resesi Seks"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads