2. Stimulus Sudah Digeber Habis-habisan
Meskipun masuk jurang resesi, pada akhir kuartal II-2020 efek penuh dari paket stimulus ekonomi sekitar 40% dari produk domestik bruto termasuk pemberian tunai dan pinjaman tanpa bunga sudah mulai terasa. Jepang diprediksi keluar dari resesi lebih cepat dari yang dipikirkan banyak orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatan tersebut sebagian besar didorong oleh berakhirnya keadaan darurat nasional negara itu pada akhir Mei, ketika pekerja mulai kembali ke kantor dan konsumen kembali ke toko, didukung oleh subsidi pemerintah.
"Kami mengalami rebound pembukaan kembali pada bulan Juni karena orang-orang mulai keluar dan berbelanja lagi. Pemberian uang tunai pada dasarnya diterima dari akhir Mei hingga Juni, jadi ketika ekonomi dibuka kembali, orang-orang memiliki uang tunai untuk dihabiskan," ucap Devalier.
Itu menjadi peningkatan tajam dalam penjualan ritel di bulan Juni. Produksi dan ekspor industri juga meningkat dan tingkat pengangguran negara itu benar-benar turun sepersepuluh poin menjadi 2,8% selama bulan yang sama.
Namun semua itu tergantung dari bagaimana negara itu mengendalikan virus Corona.
3. Kasus Corona Naik Lagi
Pada bulan Juni, saat jumlah virus rendah pemerintah pusat mulai kampanye untuk mendorong perjalanan domestik dengan harapan menghidupkan kembali pariwisata lokal dan ekonomi jasa yang hampir mati. Tetapi kasus baru meningkat lagi pada Juli.
Pemerintah Tokyo telah meminta restoran dan bar tutup pada pukul 10 malam setelah dilaporkan ada lebih dari 200 kasus baru sehari selama sebulan terakhir.
Hal itu membuat konsumen gelisah dan menghentikan peningkatan belanja yang terlihat di bulan Juni, sehingga rebound di kuartal III-2020 berisiko menjadi cukup lemah.
Baca juga: Dolar AS Makin Dekati Level Rp 15.000 |
Simak Video "Situasi Sekolah di Jepang yang Terpaksa Tutup Imbas Resesi Seks"
[Gambas:Video 20detik]
(ang/ang)