Curhat Perajin Cap Batik: Corona Membuat Kami Kelimpungan

Curhat Perajin Cap Batik: Corona Membuat Kami Kelimpungan

Kartika Bagus - detikFinance
Selasa, 25 Agu 2020 18:43 WIB
Perajin cap batik di Solo hidup segan mati tak mau di tengah Corona
Foto: Perajin cap batik di Solo hidup segan mati tak mau di tengah Corona/Kartika Bagus/detikcom
Solo -

Di balik Industri Batik di Kota Solo, tersimpan kepedihan dari para perajin cap batik di kampung Premulung Sondakan Laweyan Solo. Para perajin harus menyiasati sepinya pemesanan cap batik, dengan membuat cap batik yang popular yang dihargai antara Rp 300 ribu-Rp 500 ribu.

Padahal untuk menyelesaikan pembuatan cap batik dibutuhkan waktu 1-2 minggu. Belum lagi masalah regenerasi para perajinnya, yang rata rata sudah berumur di atas 60 tahun.

Salah satu perajin yang masih menggeluti pembuatan cap batik ini adalah Agus Triyono (49) sebagai penerus generasi pembuatan cap batik di kampung Sondakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebelum corona permintaan pembuatan cap batik sudah berkurang, apalagi dengan adanya corona ini membuat kami kelimpungan," jelasnya.

"Kita sendiri sering menawarkan desain, costumer kami adalah perusahaan batik, dinas atau sekolahan. Kita jaga agar kerjaan ada, kita mau nggak mau harus membuat mendesain yang baru," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Tujuannya, agar perusahaan batik punya desain yang baru, produk yang baru. Agar perusahaan mereka juga punya update koleksi yang baru, tambah Agus. Melanjutkan usaha dari keluarganya, Agus mulai konsentrasi menekuni kerajinan cap batik ini sejak 2002.

"Sebenarnya tugas saya hanyalah mengkoordinir para perajin cap batik ini. Yang ikut saya ada 10 orang dan di luar sana diatas 20 orang. Mereka bekerja secara freelance, kalau sedang ada pekerjaan kalau lagi sepi, kita pikirkan dulu mereka mau menekuni profesi ini saja sudah cukup untuk saya," tambahnya.

Langsung klik halaman selanjutnya.

Maka ketika mendengar adanya pencurian cap batik dan dijual dengan harga sangat murah, para perajin merasa prihatin. Salah satunya adalah Sutopo (62) mengatakan untuk membuat satu cap batik berukuran antara 20 x 20 saja dibutuhkan ketekunan yang harus teliti.Sehingga untuk sampai jadi dibutuhkan waktu 7 sampai 10 hari, tergantung kesulitan desain gambarnya.

"Satu motif ya bisa berhari hari, kalau motifnya mudah ya bisa cepat, tapi kalau motifnya rumit bisa lebih panjang lagi. Kalau yang ukuran motif kecil, bisa 3 hari jadi," tambahnya.

Membuat batik cap memang sulit, namun membuat alat cap atau stempel batik juga tak kalau sulitnya. Prosesnya lembaran tembaga dipotong dengan seksama sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kemudian potongan potongan tersebut dibentuk mengikuti pola yang telah lebih dulu dibuat. Untuk pola biasanya Agus yang buat, namun untuk proses lainnya ada yang mengerjakan.

Setelah itu, lempengan stempel setengah jadi dibersihkan dan dimasak dengan menggunakan airan gondorukem. Cairan gondorukem merupakan getah pohon pinus yang berfungsi membuat stempel semakin mengkilap. Tujuannya proses pengolahan ini agar nantinya motif yang tertera distempel dapat lebih terlihat. Setelah itu proses penjemuran dan finishing.

"Rata rata stempel batik tersebut mampu bertahan belasan tahun, harga yang dibanderol kisaran 300 ribu hingga jutaan rupiah tergantung kualitas bahan dan ruminya pengerjaan," tambah Agus.



Simak Video "Video Detik-detik Batik Air Nyaris Tergelincir Saat Mendarat di Soetta"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads