Di balik Industri Batik di Kota Solo, tersimpan kepedihan dari para perajin cap batik di kampung Premulung Sondakan Laweyan Solo. Para perajin harus menyiasati sepinya pemesanan cap batik, dengan membuat cap batik yang popular yang dihargai antara Rp 300 ribu-Rp 500 ribu.
Padahal untuk menyelesaikan pembuatan cap batik dibutuhkan waktu 1-2 minggu. Belum lagi masalah regenerasi para perajinnya, yang rata rata sudah berumur di atas 60 tahun.
Salah satu perajin yang masih menggeluti pembuatan cap batik ini adalah Agus Triyono (49) sebagai penerus generasi pembuatan cap batik di kampung Sondakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebelum corona permintaan pembuatan cap batik sudah berkurang, apalagi dengan adanya corona ini membuat kami kelimpungan," jelasnya.
"Kita sendiri sering menawarkan desain, costumer kami adalah perusahaan batik, dinas atau sekolahan. Kita jaga agar kerjaan ada, kita mau nggak mau harus membuat mendesain yang baru," tambahnya.
Tujuannya, agar perusahaan batik punya desain yang baru, produk yang baru. Agar perusahaan mereka juga punya update koleksi yang baru, tambah Agus. Melanjutkan usaha dari keluarganya, Agus mulai konsentrasi menekuni kerajinan cap batik ini sejak 2002.
"Sebenarnya tugas saya hanyalah mengkoordinir para perajin cap batik ini. Yang ikut saya ada 10 orang dan di luar sana diatas 20 orang. Mereka bekerja secara freelance, kalau sedang ada pekerjaan kalau lagi sepi, kita pikirkan dulu mereka mau menekuni profesi ini saja sudah cukup untuk saya," tambahnya.
Langsung klik halaman selanjutnya.
Simak Video "Video Detik-detik Batik Air Nyaris Tergelincir Saat Mendarat di Soetta"
[Gambas:Video 20detik]