Berbeda dengan Abe yang memulai kariernya karena keturunan dinasti politik, Suga memulai karir politiknya sebagai orang luar dan naik pangkat dalam politik lokal.
Suga tumbuh di prefektur Akita utara Jepang. Seorang mantan teman sekelasnya di bangku SMA yang bernama Hiroshi Kawai mengatakan, Suga adalah sosok yang pendiam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia adalah seseorang yang tidak akan Anda perhatikan jika dia ada di sana atau tidak," kata Kawai.
Suga meninggalkan kota setelah menyelesaikan sekolah menengah, lalu bekerja di pabrik karton Tokyo. Gajinya ia tabung untuk membiayai dirinya kuliah. Setelah lulus, Suga bekerja sebagai sekretaris untuk anggota parlemen nasional terkemuka dari Yokohama, rumah bagi pelabuhan tersibuk di Jepang.
Selama di Yokohama, Suga terus mendorong pembangunan sebuah proyek di tepi laut. Proyek yang menghabiskan waktu 8 tahun itu kemudian membuat dirinya mendapatkan julukan Walikota Bayangan Yokohama.
Dalam kesehariannya, Suga juga dikenal orang yang tak kenal lelah selama bekerja. Setiap hari, ia bangun pukul 5 pagi, lalu membaca berita, melakukan 100 sit-up, dan berjalan 40 menit sebelum bekerja.
Di bawah pemerintahan Abe yang pertama pada tahun 2006, Suga mengepalai Kementerian Dalam Negeri di mana dia memperkenalkan program pajak kampung halaman, menawarkan potongan pajak bagi mereka yang menyumbangkan uang ke kota setempat.
Matsushige Ono, yang menjabat sebagai wakil menteri di bawah Suga mengatakan program tersebut mendapat perlawanan keras dari beberapa birokrat, yang menentang penerapan skema pajak baru tanpa preseden.
"Dia terus mengajukan kasusnya karena dia melihat bagaimana ini akan membantu masyarakat pedesaan," kata Ono.
Abe sendiri kembali merekrut Suga saat ia meraih kembali jabatan PM pada akhir 2012.
(ara/ara)