Dia mengatakan, konsep lean (ramping) sejatinya sangat bermanfaat di dalam situasi krisis/wabah, maupun dalam situasi normal. Ini karena basis utamannya adalah dengan keterbatasan SDM kapital, permodalan dan juga keterbatasan berbagai sumber daya yang dimiliki, kita bisa bentuk sebuah produk atau jasa melalui proses dengan metode manufaktur.
Saat ini sudah banyak perusahaan yang mencoba konsep Lean Manufacturing ini. Namun seringkali perusahaan justru meninggalkan prinsip paling dasar dari konsep ini. Tak heran, pada akhirnya, upaya untuk menambah value dan menghilangkan waste product justru hanya menjadi kegiatan sementara atau tidak berkelanjutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya, untuk mengatasi hal tersebut, IBIMA sebagai sebuah lembaga center dan korporasi di bidang konsultasi bisnis & industri, akhirnya meluncurkan Lean Enterprize IBIMA, dalam rangka menyelamatkan serta mengakselerasi pemulihan pembangunan dunia usaha dan industri di Indonesia.
"Ini merupakan salah satu peran dan solusi dari IBIMA dalam menghidupkan kembali roda perekonomian bangsa melalui lean enterprise untuk Indonesia. Membangun industri unggulan berbasis agro, maritim, IKM UKM Koperasi, teknologi, dan baterai," jelas Made.
Menurutnya, program IBIMA telah terbukti berhasil dalam membangun dan meningkatkan performansi bisnis dan industri. Sehingga, ia pun yakin bila diterapkan dalam konteks nasional akan mampu membawa perubahan makro yang signifikan terhadap kemajuan ekonomi dan sosial bangsa.
"Di Indonesia belum ada lembaga center yang berperan secara integratif dalam pembangunan bisnis dan industri menjadi aggregator serta think tank pembangunan bisnis dan industri nasional secara terpadu, dengan memberdayakan SDM profesional dari Indonesia sendiri," tuturnya.
Ia menjelaskan, IBIMA memiliki tiga DNA utama. DNA pertama adalah kompetensi atau praktik bisnis Industri melalui Lean Enterprise. DNA kedua adalah budaya dan motivasi bisnis melalui transformasi mindset, character, dan attitude. DNA ketiga adalah Leadership (Sistem Industri dan Kepemimpinan).
"Adapun objektif IBIMA Building the Best Industry and Business Way to be the Best World Class Company (Lean Enterprise and Best Operational Exellence Company)," tambah dia.
Sebagai catatan, selain Made, IBIMA sendiri dipelopori Theodore Permadi Rachmat dan Ary Ginanjar Agustian. IBIMA mampu mengkolaborasikan aspek ABGCFM (Academics, Business, Government, Community, Federation, Media) untuk membantu recovery, sustainability dan pengembangan bisnis dan industri secara terpadu dan terintegrasi.
Founder dan BOC IBIMA Ari Ginanjar Agustian menambahkan, di kondisi saat ini, hal yang di butuhkan Indonesia untuk merecovery ekonomi Indonesia antara lain belive (kepercayaan). Ia mengingatkan, Indonesia memiliki visi Indonesia Emas dan masuk dalam kategori 5 besar Ekonomi Dunia pada tahun 2045.
"Ini adalah cita cita kita, dan tahun sekarang ini benar benar menjadi pelatihan karakter dengan tuan guru COVID-19. Jadi sebenarnya saat ini kita dilatih, 'dizerokan', sehingga kita paham betul siapa kita dan mau kemana kita. Ibaratnya IBAMA lahir dalam suasana zero," tuturnya.
Ia pun berharap, IBIMA tidak hanya sekedar diluncurkan, tetapi tetap fokus melakukan gerakan yang nyata lewat lean industri yang didasari dengan believe.
"Kelahiran IBIMA ini juga bukan hanya sekedar usaha yang ingin di luncurkan, tetapi tingin agar ujuan targetkan menjadi kenyataan. Sehingga suatu saat nanti, di 2045, IBIMA bisa melihat Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri," ujarnya.
Simak Video "Video: Pendapatan Nike Merosot Tajam, Terburuk Sejak Pandemi"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/fdl)