Pandemi COVID-19 menyebabkan ekonomi dunia mengalami penurunan. Namun, China mulai keluar dari keadaan tersebut dan bergerak ke pemulihan ekonomi. Masyarakat China mulai membelanjakan uangnya dan mendorong kenaikan pada penjualan ritel.
Dikutip dari CNN, Rabu (16/9/2020) Agustus lalu penjualan ritel naik hingga US$ 495 miliar setara Rp 7.300 triliun (kurs Rp 14.800) atau naikk 0,5% dibandingkan 2019. Kenaikan itu menjadi peningkatan pertama kali selama 2020.
Juru bicara Biro Statistik Nasional China, Fu Linghui menyambut baik pemulihan ekonomi di China. Dia mengatakan pasar tenaga kerja telah stabil dan pembatasan perjalanan mulai dilonggarkan. Kini banyak orang yang berani keluar untuk berbelanja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Negara ekonomi teratas dunia seperti Canada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat, ekonominya telah menyusut secara dramatis pada kuartal-I 2020. China menjadi satu-satunya negara yang diproyeksikan oleh Dana Moneter Internasional bahwa ekonominya dapat tumbuh 1% pada 2020 ini.
Sebelumnya, ekonomi China sempat menyusut 6,8% dan mencatat kerugian sebesar US$ 14 triliun (Rp 207.500 triliun) pada kuartal-I 2020. Kuartal itu menjadi kondisi terburuk sejak 1992.
China berhasil menghindari resesi dan ekonominya tumbuh 3,2% pada kuartal-II. Namun, saat itu kondisi penjualan sejumlah ritel dan bisnis masih menurun akibat kekhawatiran masyarakat keluar dan berbelanja.
Kini tampaknya berubah, pelonggaran aktivitas ekonomi telah dilakukan. Fu menunjukkan bahwa bioskop China mulai pulih sejak pihak berwenang mengizinkan bioskop dibuka kembali pada pertengahan Juli. Penjualan mobil juga naik hampir 12% pada Agustus dibandingkan tahun lalu. Penjualan properti residensial juga meningkat.
"Pengeluaran tetap terkuat di antara konsumen yang lebih kaya, terbukti dari pertumbuhan cepat yang terus berlanjut dalam penjualan mobil dan properti," tulis ekonom di Capital Economics.
Selain itu, tanda-tanda pemulihan juga terlihat pada sektor industri. Namun, angka pengangguran masih meningkat 5,6% pada Agustus lalu. Ekonom Greater China, Iris Pang mengatakan tantangan yang masih membayangi China yakni tingkat pengangguran yang tinggi.
Fu mengungkapkan angka pengangguran didorong dari mahasiswa yang baru lulus. Mahasiswa yang baru masuk ke pasar tenaga kerja diprediksi akan sulit mendapatkan pekerjaan di tengah pandemi.
(eds/eds)