Pandemi virus Corona (COVID-19) menyebabkan pengusaha hotel dan restoran rugi besar-besaran. Per Juni 2020, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat kerugian yang sudah ditelan mencapai Rp 85 triliun. Kondisi itu menyebabkan banyak pengusaha harus melakukan efisiensi dari sisi tenaga kerja.
Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani mengatakan, efisiensi yang menjadi salah satu kunci menyelamatkan perusahaan ini menyebabkan ada 1,5 juta pegawai di hotel dan restoran yang terancam dirumahkan, dicutikan di luar tanggungan perusahaan, dan juga kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Sebagian besar dari total itu pun memang sudah dirumahkan oleh perusahaan.
"Kalau hitungan kita per Juni, potensial yang dirumahkan, dicutikan di luar tanggungan perusahaan, di-PHK itu kira-kira 500.000 orang, dari sektor hotel. Kalau restoran per Juni itu kira-kira 1 juta orang. Nah mulai Juni itu kan sudah mulai pemulihan. Tapi sekarang begini lagi, ya bisa drop lagi," kata Hariyadi dalam wawancara khusus dengan detikcom, Kamis (17/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Hariyadi, mulai bulan Juni hingga awal September, sektor pariwisata sudah mulai pulih. Sehingga, sejumlah pegawai yang dirumahkan pun mulai dipekerjakan kembali. Namun, jumlahnya masih sangat sedikit.
"Ada, ada, sempat di-hire lagi. Tapi ini kembali lagi, nggak tahu nanti ke depan seperti apa. Apakah akan berdampak lebih buruk lagi. Tapi masih belum terlalu banyak, dan itu yang dipekerjakan kembali rata-rata di bawah 45 tahun, karena kita harus memperhitungkan risiko. Kemarin sih daerah-daerah destinasi semua tema alam itu ramai, seperti puncak, Garut, Bandung, yang tema alam itu bagus," jelas Hariyadi.
Namun, dengan diumumkannya PSBB Jakarta diperketat lagi mulai Senin (14/9) lalu, ia khawatir akan terjadi lagi gelombang PHK di industri perhotelan dan restoran. Pasalnya, PSBB Jakarta ini juga dapat berimbas ke destinasi pariwisata di daerah lainnya.
"Kalau kita lihat kondisi seperti ini, sampai awal Januari, saya nggak kebayang kita punya kekuatan daya tahan ekonomi kita akan seperti apa. Karena orang kan takut semua, takut ke luar rumah, dan sebagainya. Nah ini kan akan terjadi PHK atau kehilangan lapangan kerja yang besar, karena nggak ada demand-nya," tutur dia.
Oleh sebab itu, menurutnya yang paling dibutuhkan para pengusaha hotel dan restoran adalah penanganan COVID-19 yang efektif, dan dapat menekan penyebaran kasus baru. Hal itu menurutnya dapat memicu kembali permintaan masyarakat. Hanya dengan cara itulah para pengusaha bisa kembali pulih, menutup kerugian, dan juga mempekerjakan kembali pegawainya yang dirumahkan.
"Yang dibutuhkan itu sebetulnya demand-nya balik, itu yang kami harapkan. Stimulus itu kan sifatnya sementara. Mau berapa pun, kalau masyarakatnya nggak bisa beraktivitas ya nggak pengaruh juga, pasti jauh lebih jelek lagi. Makanya kita berharap penanganan virusnya ini paling penting," pungkas Hariyadi.
(ang/ang)