Bisnis Apa yang Bisa Tahan Banting Hadapi Resesi?

Bisnis Apa yang Bisa Tahan Banting Hadapi Resesi?

Soraya Novika - detikFinance
Rabu, 23 Sep 2020 15:21 WIB
Poster
Ilustrasi/Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Resesi sudah di depan mata. Apalagi setelah Kementerian Keuangan memproyeksi pertumbuhan ekonomi RI kuartal III-2020 menjadi minus 2,9% sampai minus 1,0%.

Negatif teritori pada kuartal III-2020 ini diyakini juga akan berlangsung di kuartal IV-2020 mendatang. Hal ini diyakini bakal berdampak juga pada dunia usaha. Daya beli masyarakat di tengah kondisi semacam itu otomatis bakal merosot. Sehingga, belanja masyarakat juga akan berkurang demi bertahan hidup di tengah resesi akibat pandemi ini.

Lalu, buat yang baru mau memulai buka usaha, bisnis seperti apa yang kira-kira tahan banting hadapi resesi?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Pakar Marketing Hermawan Kartajaya jenis bisnis yang bisa bertahan di tengah kondisi seperti ini adalah segala macam yang masih berkaitan dengan kesehatan.

"Sekarang kan kita lihat aja, yang lagi merupakan solusi untuk customer apa, tentu semua produk yang ada hubungannya dengan kesehatan, otomatis toh," ujar Hermawan kepada detikcom, Rabu (23/9/2020).

ADVERTISEMENT

Hermawan menjelaskan sebenarnya jenis barang apa saja bisa laku diperjualbelikan di tengah kondisi resesi nanti. Asal pelaku bisnisnya mampu menonjolkan kelebihan produk yang ia jual, apalagi bila bisa dikaitkan dengan unsur kesehatan.

Misalnya, mobil dan motor saja sekarang masih laku di pasaran. Hal ini karena pelaku usahanya mampu meyakinkan konsumen bahwa naik kendaraan pribadi lebih aman ketimbang kendaraan umum.

"Kayak sekarang di dalam industry round-table kita kan kelihatan orang itu masih mau beli mobil, beli motor karena naik kendaraan umum itu sekarang dianggap bahaya, jadi intinya tinggal cara jualnya, kalau bisa jelasin, ini lebih aman pakai kendaraan pribadi daripada kendaraan umum," terangnya.

Lalu, jenis bisnis lainnya yang berpotensi tahan banting hadapi resesi adalah bisnis yang serba nirsentuh.

"Yang bersifat contact less, kan sekarang orang menghindari kontak, orang lebih memilih masuk ke gedung-gedung (mal/pasar) yang serba contact less ketimbang yang tidak, kuncinya cari aja orang kebutuhannya sekarang di mana," tambahnya.

Intinya, barang apa saja bisa, tidak harus yang berkenaan langsung dengan sektor kesehatannya atau serba touch less. Asal mampu melakukan pendekatan ke arah sana sudah cukup. Misal, kemasan suatu produk dibuat lebih higienis atau mudah dibersihkan saat baru diterima dan lain sebagainya.

"Misalnya kalau di mobil, orang sekarang cari pembersih udara dalam mobil, bagaimana menyediakan handsanitizer yang cocok mobil dan semprot-semprot ke mobil, kan itu aksesoris. Atau bisa juga kalau jual makanan dibuat open air, maksudnya, pembeli nggak harus turun kendaraan untuk beli makanannya, gitu," ungkapnya.




(eds/eds)

Hide Ads