Beratnya Pemulihan Ekonomi Pulihkan Ekonomi yang Terimbas Corona

Beratnya Pemulihan Ekonomi Pulihkan Ekonomi yang Terimbas Corona

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 24 Sep 2020 06:30 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Corona membuat ekonomi dunia tertekan dan banyak negara sudah masuk resesi. Penyebabnya adalah pembatasan besar-besaran yang membuat aktivitas ekonomi terhenti dan sulit bergerak.

Walaupun sudah memasuki era new normal, pertumbuhan ekonomi diramal akan sulit untuk kembali seperti sebelum pandemi. Karena itu masyarakat diminta untuk melihat ke depan dan melakukan kegiatan dengan protokol kesehatan yang ketat.

Benarkah seberat itu memulihkan perekonomian yang terdampak Corona?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menjelaskan saat ini memang masyarakat diminta untuk menerima new normal atau adaptasi dengan kondisi normal yang baru.

"Sekarang itu kegiatannya new normal, jangan kembali ke masa lalu. Tampaknya harapan back to the past atau kembali normal akan memakan waktu yang lama. Apalagi kalau dilihat masih banyak penambahan kasus harian di atas 4 ribu orang," kata dia dalam diskusi online, Rabu (23/9/2020).

ADVERTISEMENT

"Kalau berharap kegiatan sebelum pandemi akan lama sampai vaksin yang cocok ditemukan atau obat yang sudah resmi bisa dihasilkan," jelas dia.

Karena itu, Bambang mengajak seluruh masyarakat untuk mengikuti dan mematuhi protokol kesehatan saat melakukan kegiatan.

"Jangan back to the past, tapi back to the future. Agar survive di masa pandemi dan harus siap dengan kondisi yang berbeda di masa depan," ujarnya.

Bambang menyebut memang pandemi ini sangat mengganggu perekonomian nasional karena aktivitas perdagangan terganggu hingga masyarakat yang kehilangan pendapatan dan pekerjaan.

Deputi Gubernur BI Doddy Budi Waluyo mengungkapkan Corona memberikan dampak implikasi yang signifikan untuk semua negara termasuk di Indonesia. Mulai dari sektor kesehatan sampai ke perekonomian.

"Pemulihan ekonomi tersebut terjadi secara terbatas di sektor tertentu saja. Belum merata karena ketidakpastian masih tinggi," kata Dody.

Dia mengungkapkan untuk mengembalikan perekonomian ke jalur yang normal dibutuhkan kerja keras untuk menggerakkan roda ekonomi dan memastikan sinyal positif tetap terjaga. "Ini harus dipelihara agar tidak menimbulkan risiko lebih lanjut," ujar dia.

Sebelumnya dalam hasil rapat dewan gubernur (RDG) BI, BI menyebut kinerja ekspor membaik sejalan kenaikan permintaan global, khususnya dari AS dan Tiongkok untuk beberapa komoditas seperti besi dan baja, pulp dan waste paper, serta CPO.

Sementara itu, konsumsi rumah tangga membaik secara terbatas seiring berlanjutnya stimulus fiskal seperti penyaluran bansos dan pemberian gaji ke-13 kepada Aparatur Sipil Negara (ASN).

Beberapa indikator dini menunjukkan perbaikan seperti penjualan ritel, indeks kepercayaan konsumen, dan PMI Manufaktur. Secara spasial, perbaikan ekonomi tercatat di beberapa daerah luar Jawa yang memiliki ekspor komoditas.

Ke depan, prospek berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik banyak dipengaruhi perkembangan mobilitas masyarakat sejalan dengan penerapan protokol COVID-19 di sejumlah daerah, kecepatan realisasi anggaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, kemajuan restrukturisasi dan penjaminan kredit, serta akselerasi ekonomi dan keuangan digital khususnya untuk pemberdayaan UMKM.

Bank Indonesia melalui bauran kebijakannya akan terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi.



Simak Video "Video Sri Mulyani soal Inflasi RI Rendah: Tak Terkait dengan Daya Beli"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads