Menhub Akui Daya Saing Logistik RI Masih Bermasalah

Menhub Akui Daya Saing Logistik RI Masih Bermasalah

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 24 Sep 2020 15:22 WIB
Pemudik bersiap turun dari kapal di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (19/5/2020). Pada H-5 Idul Fitri, arus mudik di Pelabuhan Ketapang terpantau ramai penumpang pejalan kaki dari Pulau Bali, sedangkan dengan tujuan Pulau Bali didominasi angkutan logistik. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/foc.
Foto: ANTARA FOTO/BUDI CANDRA SETYA
Jakarta -

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengakui daya saing logistik Indonesia masih bermasalah apabila dibandingkan dengan negara lain. Oleh sebab itu, pemerintah ingin meningkatkan daya saing dengan melakukan efisiensi proses dan tarif logistik melalui National Logistics Ecosystem (NLE) atau ekosistem logistik nasional.

"Daya saing kita memang masih bermasalah, insyaallah ini (NLE) akan menjadi hal yang baik untuk kita semua," kata Budi dalam konferensi pers bersama NLE, Kamis (24/9/2020).

Melalui NLE, ini, Budi berharap praktik repetisi dan replikasi dalam proses logistik terutama di pelabuhan bisa diberantas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Khusus di laut yang memang sangat lekat atau syarat dengan permasalahan ini, dalam jangka pendek tentu pengembangan platform NLE, pemetaan dan penyederhanaan dari proses bisnis pre clearance dan dalam rangka menghilangkan repetisi dan replikasi, ini sangat penting," tutur dia.

Untuk mendukung NLE yang dikembangkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ini, Kemenhub juga akan melakukan integrasi sistem perizinan dan pelayanan ekspor-impor di lingkup logistik.

ADVERTISEMENT

"Kami mendukung penuh dan berperan aktif, dan kita ingin segera bahwa upaya penataan konektivitas, aksesibilitas antar kawasan menjadi lebih baik. Integrasi dan menghubungkan infrastruktur simpul-simpul transportasi seperti di pelabuhan, bandara, KA, terminal, dan pusat distribusi harus dilakukan. Dan tentu ini akan menghubungkan darat, laut, dan udara," urainya.

Selain itu, Budi mengatakan pihaknya sudah melakukan inovasi menggunakan platform digital yang menggabungkan segala proses perizinan yang diperlukan dalam arus logistik.

"Kami juga sudah mengimplementasikan berbagai platform digital tentang efisiensi proses dan biaya salah satunya menggabungkan platform logistik, menyederhanakan proses bisnis dari clearance melalui single submission pengangkutan, penerapan online on gate di pelabuhan, dan juga melakukan integrasi semua moda transportasi logistik," jelas Budi.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengakui bahwa daya saing logistik Indonesia masih rendah. Pasalnya, tarif logistik di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN.

"Biaya logistik kita dibandingkan negara tetangga terutama ASEAN dan terdekat seperti Malaysia dan Singapura itu masih dianggap lebih tinggi. Ini menyebabkan perekonomian indonesia harus perbaiki daya kompetisinya. Kita mengeluarkan lebih dari 23,5% dari PDB untuk biaya logistik. Malaysia hanya 13%. Performance dari logistik kita dalam EODB mengenai berapa jumlah hari/ jam/ waktu untuk menyelesaikan proses logistik itu belum tunjukkan perbaikan signifikan. Dari trade across border, dari EODB hanya naik sedikit dari 67,3 ke 69,3 atau sebetulnya tidak terlalu bagus," ungkap Sri Mulyani.

Melalui NLE ini, ia yakin biaya logistik di Indonesia bisa ditekan. "Dengan adanya pembentukan NLE ini diharapkan akan bisa menurunkan biaya logistik kita yang sekarang 23,5% dari PDB akan bisa ditekan menjadi 17%," pungkas dia.


Hide Ads